Indah

Memulai cerita hari ini dengan sebuah kata terindah. "Perjuangan"

Rabu, 03 Desember 2014

Rapuh

Mungkin salah kalau saat ini saya menuntut Tuhan agar diberikan semua apa yang saya inginkan. Seorang calon istri idaman. Jabatan dengan gaji di tempat kerja sesuai impian. Bahkan kehidupan keluarga dengan keadaan cukup jasmani dan rohani. Semua ini rasanya asa dalam senja. Semua sudah terbenam saat perjuangan merasa tak dihargai. Tapi saya yakin Tuhan saat ini tau bahwa saya sudah melakukan semuanya dengan maksimal. dengan semua kemampuan yang saya punya.

Kejadian-demi kejadian membuat saya berpikir betapa bermaknanya sebuah kehidupan. dan setidaknya saya lebih menghargai detik waktu berjalan demi sebuah kepastian.

Saat ini saya tidak hanya menulis kata-kata pada blog ini. namun saya berdiskusi dengan Tuhan sesuai pola dan aturan yang saya miliki. Tuhan. Sampai kapan saya akan terus begini. Sampai kapan saya akan terus berpurapura tegar dalam rapuhnya jiwa ini. Kehidupan yang saya jalani penuh dengan kepura-puraan. semua harus tau bahwa saya sangat bahagia. dan penderitaan menjadi sahabat yang erat dihati saya.
Karena terlalu banyak hal yang menjadi beban hingga saya pun bingung mana yang terlebih dahulu ingin saya adukan. Semua hanya menjadi kisah yang berujung pada pasrah.

Tuhan, kendalikan diri hamba pada kepalsuan yang membawa hamba pada suatu ketidak benaran. Izinkan hamba untuk bertanya dan meyakinkan diri ini. Apakah aku sanggup untuk melanjutkannya?
Aku berdiri pada kabut asap perapian. nafas menjadi sesak dan masa depan tak nampak. Hidup terasa panas dan tubuh kotor terkena debu. Saat aku mulai melangkah kesisi lain, yang aku temukan hanya perapian-perapian yang lainnya. Dan tentu masih menyisakan sebuah keyakinan, bahwa ada danau nan indah diujung perapianku. dan itulah alasanku untuk menjawab bahwa aku mampu bertahan.


Maaf

Maaf..
Saya sangat meminta maaf, mungkin dalam keadaan yang saya rasakan sekarang. saya belum bisa mengupdate tulisan - tulisan saya di blog ini. sebenarnya banyak sekali tulisan yang ingin saya share ke kalian. mengenai kehidupan saya dikeluarga, bersama mantan calon istri ataupun ditempat kerja. tapi karena sekarang ini semua menumpuk menjadi satu kesatuan. sehingga saya bingung bagaimana untuk menuliskannya di blog ini. dan saya putuskan untuk butuh waktu menenangkan diri atas apa yang saya alami belakangan ini. Saya minta maaf.


Menjadi 25 Tahun

Tulisan ini saya ambil dari situs hipwee.com
semoga bisa menjadi inspirasi untuk kita semua yang sedang menginjak usia 25 tahun.
selamat membaca...

Kenyataan Hidup yang Harus Kamu Terima Sebelum Masuk Ke Umur 25

| 9,065 total shares
Menjadi manusia yang menyandang usia 25 tahun memang bukan perkara mudah. Beberapa orang menganggap 25 tahun sebagai usia dewasa yang membuat seseorang sudah harus mampu bertanggung jawab pada hidupnya. Namun bagi yang sudah menjalani usia ini, tak jarang merasa biasa saja. Kadang terasa berat, malah.
Di luar sana, usia 25 dianggap sakral. Dipandang sebgai usia tepat bagi perkembangan kedewasaan. Padahal tak sesederhana itu. Ada hal-hal tentang menjadi dan menjalani 25 tahun yang tak semua orang mau beritahukan padamu


1. Kamu Sempat Membayangkan Di Usia 25 Sudah Bisa Punya Rumah, Mobil, dan Merdeka Secara Finansial. Kenyataannya Kamu Justru Merasa Belum Jadi Apa-Apa Sebagai Manusia

Kadang kamu merasa belum jadi apa-apa sebagai manusia
Kadang kamu merasa belum jadi apa-apa sebagai manusia via radenrani93.tumblr.com
Di usia belasan kita kerap berandai-andai:
“Nanti umur 25 aku pasti udah nikah.”
“Umur 25 aku udah kerja, punya pasangan pasti, mapan, bisa membangun kehidupan sesuai gambaran. “
Tapi cobalah kamu tanya pada orang yang sudah menjalani usia yang sering dibilang orang “sakral” ini. Sudahkah mereka merasa cukup dengan hidupnya? Sudahkah segala pencapaian yang diidamkan itu tergenggam tangan? Bukannya membusungkan dada, kebanyakan orang justru merasa usia 25 belum menjadikan mereka sebagai sosok yang pantas berbangga.
Saat sudah menjalani usia 25, sebuah kesadaran akan menghampirimu. Hidup ternyata tidak semulus bayangan masa mudamu. Kamu masih harus berjuang di tempat kerja, terseok-seok menyelesaikan studi, berusaha jadi anak yang bisa membahagiakan kedua orang tua. Usia yang sudah seperempat abad tidak berarti apa-apa. Kamu masih tetap harus berupaya sekuat tenaga demi menjadi versi baik dari seorang manusia.


2. Tidak Banyak Orang Bicara Tentang Kegamangan Hidup Mereka: Sulitnya Cari Kerja, Bingung Mau Membawa Hidup Ke Arah Mana

Tidak ada yang bercerita soal susahnya mencari kerja
Tidak ada yang bercerita soal susahnya mencari kerja via www.theargus.co.uk
Ibarat sebuah persimpangan besar, usia 25 adalah tikungan yang paling krusial. Bagaimana tidak, di usia ini keputusan-keputusan penting harus diambil. Mau kerja di bidang apa, mau berkarir dalam dunia seperti apa, sampai kapan harus memikirkan untuk berkeluarga. Kamu pikir semua ini bisa dilalui dengan mulus tanpa galau? Berdoalah banyak-banyak jika ingin transisimu mulus.
Nyatanya, banyak yang sempat terkena krisis hidup di usia ini. Pongah mendaftar hanya di pekerjaan yang disuka, tapi ternyata tidak diterima. Kemudian sibuk melamar di mana saja, kemudian terjebak dalam pekerjaan yang bertentangan dengan gambaran masa depan. Galau, bingung, sampai merasa takut tidak punya masa depan amat sering datang melanda. Ternyata menjadi 25 tidak sesederhana yang kamu kira ‘kan?


3. Kamu Pikir Pendidikan Tinggi Menyelamatkan Karirmu?  Tidak. Semua Pencapaian Kembali Pada Usahamu

Pendidikan tinggi tidak serta merta menyelamatkan
Pendidikan tinggi tidak serta merta menyelamatkan via dev.ktph.theadventus.com
Saat kuliah kamu bisa jadi pribadi yang sangat jumawa. Merasa paling pintar sedunia, merasa bisa berkompetisi dengan pesaing lain yang kelak kamu temui di dunia kerja. Rasanya ilmu yang kamu dapatkan di bangku kuliah bisa jadi jaminan bagi kesuksesan masa depanmu nantinya. Tapi kenyataannya tidak sesederhana itu, Bung dan Nona.
Gelar pendidikan tinggi yang kamu dapatkan dengan susah payah memang bisa mengantarkanmu ke pintu gerbang kesuksesan. Tapi pencapaian selanjutnya bergantung pada seberapa tinggi kamu mau menyingsingkan lengan demi bekerja keras. Di usia ini kamu akan sadar bahwa kepintaran dan nilai bagus bukanlah segalanya. Kegigihan dan kemauan untuk terus berjuang adalah kunci utama yang bisa menentukan kesuksesanmu nantinya.


4. Bersiaplah Ternganga Melihat Temanmu yang Dulu Biasa Saja Justru Melesat Lebih Sukses Darimu

Teman yang dulu biasa saja bisa lebih sukses darimu
Teman yang dulu biasa saja bisa lebih sukses darimu via theresiaregina.wordpress.com
Hidup memang selalu punya kejutan. Salah satu surprise yang sering diberikan hidup di umur seperempat abad adalah kenyataan bahwa kawan yang dulu kamu anggap sebelah mata justru bisa meraih kesuksesan yang lebih tinggi dari pencapaianmu. Dia yang dulu cupu, sekarang bekerja di sebuah digital agency ternama — dengan posisi yang lumayan pula. Sementara kawanmu yang dulu sangat populer di sekolah malah jadi karyawan biasa.
Tidak banyak orang mau bercerita bagaimana mereka dikejutkan oleh kenyataan hidup yang tidak disangka. Di umur 25-an, kenyataan-kenyataan hidup yang disodorkan di depan matamu mau tak mau membuatmu harus percaya. Bahwa pada hakikatnya semua manusia punya kesempatan untuk berhasil, selama mereka mau berusaha.
Bully, olokan, dan ejekan memang bukan hal yang penting dilakukan. Yang ada kamu justru bisa malu sendiri saat nanti teman yang kamu bully itu lebih berhasil dalam kehidupan.


5. Dulu Mereka Bilang, “Kejar passion-mu. Maka kamu tidak akan merasa bekerja seumur hidup.” Kenyataannya, Tidak Semudah Itu…..

Mengejar passion tidak sesederhana itu
Mengejar passion tidak sesederhana itu via www.bloomberg.com
Di usia 20-an, passion adalah hal yang kamu yakini amat perlu ditemukan. Mati-matian, kamu berusaha mendapatkannya. Demi mengetahui the so called passion itu kamu rela menggali hobi, ikut beragam UKM, sampai bergaul dengan teman dari berbagai komunitas. Passion juga masih kamu pegang teguh sampai tiba waktunya mencari kerja. Gak mau deh kerja kalau tidak sesuai hati nurani.
Tapi, benarkah kamu tidak akan merasa bekerja jika menggeluti hal yang kamu cinta?
Kenyataannya (ternyata) tidak sesederhana itu. Pekerjaan tetap akan terasa sebagai sebuah pekerjaan. Kamu yang hobi musik dan memutuskan jadi seorang pemain band tetap merasa bosan saat harus tur keliling Indonesia berbulan-bulan. Kamu yang passion dan pekerjaannya berada di dunia fotografi juga tetap ingin cuti pun merasa jenuh.
Passion membuatmu bangun pagi dengan bahagia. Passion memang membuatmu punya alasan pergi bekerja dengan ikhlas. Namun selamanya sebuah pekerjaan tetaplah terasa seperti pekerjaan.


6. Tak Perlu Merasa Mengkhianati Diri Karena Merelakan Idealisme Demi Uang. Kamu Hanya Sedang Berjuang Demi Tetap Hidup

Kamu tidak harus menjelaskan idealisme pada siapapun
Kamu tidak harus menjelaskan idealisme pada siapapun via fannywa.wordpress.com
Idealisme memang sebuah kemewahan yang seharusnya dimiliki oleh generasi muda. Semasa kuliah dulu, bisa jadi kamu adalah seorang penganut paham sosialisme sejati. Kamu lantang mengutuk korporasi, menyalahkan mereka atas ketimpangan pendapatan masyarakat dan kerusakan lingkungan. Kamu ogah bergabung dengan korporasi pasca lulus. Idealismu pokoknya tidak bisa diganggu gugat!
Seiring usiamu yang makin dewasa, kamu akan menyadari bahwa idealisme seharusnya membuatmu jadi manusia yang punya pegangan. Bukan menjadikanmu kehilangan kendali atas pemasukan, yang krusial bagi kelangsungan hidupmu di masa depan. Kamu akan dan harus mulai belajar untuk menyelaraskan antara idealisme dan fakta di lapangan.
Kamu yang merasa sosialis bisa saja tetap masuk ke korporasi liberal, just for the sake of money. Tidak ada yang salah dengan itu. Tak ada orang yang berhak menyalahkanmu. Kamu pun tak perlu repot menjelaskan, toh hanya kamu yang tahu bahwa idealisme akan tetap tertinggal di hatimu. Kini, kamu hanya sedang berjuang demi bertahan hidup.


7. Uang Memang Bukan Segalanya — Tapi Di Beberapa Kesempatan, Uang Bisa Jadi Sumber Masalah.

Uang memang bukan segalanya, tapi uang bisa jadi sumber masalah
Uang memang bukan segalanya, tapi uang bisa jadi sumber masalah via syawal88.wordpress.com
Akhirnya kamu sepakat bahwa ada hal-hal lain di luar materi yang tak kalah penting. Pertemanan, ikatan keluarga, sampai hubungan hangat dengan pasangan yang dicinta. Ternyata hidup lebih dari sekadar berapa besar gajimu, seberapa mampu kamu memenuhi segala kebutuhan materi yang bisa membuatmu dianggap berhasil dan sukses.
Tapi walaupun uang bukan segalanya, di beberapa kesempatan uang bisa jadi sumber masalah. Hubunganmu dengan teman-teman bisa merenggang karena salah satu dari kalian merasa tak sesukses kawan-kawan lain sampai memilih menyingkir. Ikatanmu yang selama ini terus baik-baik saja dengan orang tua juga bisa meruncing saat mereka menganggap pekerjaanmu kurang memberikan jaminan finansial.
Ketika kamu mulai berkutat dengan gaji yang terbatas dan kebutuhan hidup yang makin meroket harganya, barulah kamu menyadari bahwa mau tak mau uang tetap penting dimiliki. Memang benar, uang bukanlah segalanya. Tapi hidup tanpa memiliki penghasilan yang pasti juga tak bisa membuat kebahagiaanmu pasti.


8. Kamu Akan Kehilangan Teman. Tapi Toh Hidup Terus Berjalan

Life goes on
Life goes on via tonisbalonis.com
Terkadang kamu kaget saat menyadari betapa lingkaran pertemananmu makin menyempit dari hari ke hari. Dulu, kamu adalah orang yang tidak pernah kesepian. Kemanapun pergi, selalu ada kawan yang bisa diajak mendampingi. Namun kini, hanya beberapa gelintir teman yang tetap bertahan dalam hidupmu. Mereka adalah orang-orang yang tetap terhubung walau dipisahkan kesibukan sehari-hari.
Tidak banyak orang mau berbagi bahwa kehilangan pertemanan adalah sebuah hal yang wajar dalam perjalanan hidup. Tidak semua ikatan pertemanan bisa bertahan selamanya. Hidupmu bukan sebuah lapangan bola yang bisa menampung ratusan orang di saat bersamaan. Terkadang, beberapa orang memang harus pergi agar kawan-kawan sejati bisa  masuk ke dalam hidupmu yang makin sempit ini.


9. Jarang yang Mau Mengaku Bahwa Mereka Menikah Karena Sudah Malas Mencari. Bukan Karena Merasa Sudah Saatnya Berhenti

Berhenti karena sudah malas mencari
Berhenti karena sudah malas mencari via www.rowellphoto.com
Di usia 25 hidupmu mulai kelihatan arahnya. Akan berkecimpung di bidang pekerjaan apa, bergiat dalam kegiatan macam apa, hingga mengerucut ke tipe pasangan yang cocok mendampingi dalam hari-hari. Pada usia ini, kamu sejujurnya sudah enggan mencari. Lebih baik menjalani dan mempertahankan sesuatu yang sudah pasti.
Jika sudah menemukan seseorang yang dirasa tepat mendampingi — dia yang bisa selalu ada dan diandalkan dalam naik dan turunnya hidup ini — kamu sudah enggan mencari lagi. Lebih baik berhenti sekarang, dibandingkan dia yang baik ini lepas dari genggaman.


10. Bagimu yang Baru Menyelesaikan Satu Episode Sakit Hati, Butuh Waktu Lama Untuk Memulai Lagi

Butuh waktu bagimu untuk memulai lagi setelah satu episode patah hati
Butuh waktu bagimu untuk memulai lagi setelah satu episode patah hati via siwonath.blogspot.com
Semasa remaja kamu bisa move on dalam sekejap mata. Putus hari ini, bulan depan sudah siap punya pacar baru lagi. Tapi semakin dewasa, membuka hati sudah tidak lagi terasa sama mudahnya. Di umurmu yang seperempat abad nanti, hatimu seakan dilapisi oleh beberapa pintu pengaman yang terkunci rapat. Tidak mudah membukanya kembali selepas tersakiti.
Patah hati di usia ini bukan lagi perkara tidak punya teman nonton atau tidak punya teman SMS-an mesra. Kehilangan pasangan rasanya tidak jauh beda dari kehilangan sahabat seperjuangan, membuat limbung dan kehilangan pegangan. Butuh waktu sampai kamu bisa memulai lagi. Hatimu perlu jeda cukup lama sampai ia siap diisi kembali.


11. Pertimbanganmu Mencari Pasangan Pun Berganti. Bukan Lagi Soal Cantik Atau Tampan. Tapi Lebih Ke Perhitungan Rasional

Pertimbanganmu mencari pasangan berganti
Pertimbanganmu mencari pasangan berganti via siwonath.blogspot.com
Mencari pasangan di usia 25 tidak sesederhana tertarik secara fisik, nyambung diajak ngobrol, oke jadian! Di usia ini kamu bisa jadi manusia ribet yang mempertimbangkan banyak aspek, bahkan sebelum sebuah hubungan dimulai.
  • Apa pekerjaannya? Bisakah diajak membangun hidup bersama
  • Bagaimana keluarganya, mampukah membaur dengan keluargamu?
  • Dia bisa mengurus anak kecil atau tidak? Atau malah sangat egois?
  • Perlukah kamu menyesuaikan diri terlalu banyak dengan lingkaran perkawanannya?
Kamu akan mempertanyakan pada diri sendiri, “Matre-kah aku? Berlebihankah pertimbanganku” — namun kemudian sepakat bahwa semua itu kamu lakukan demi kebaikanmu.


12. Bagi Beberapa Orang Umur 25 Berarti Siap Menikah. Bagi Sebagian Lainnya Umur Ini Hanya Pondasi Awal Untuk Lebih Siap Melangkah

Usia 25 ternyata bukan umur sakral
Usia 25 ternyata bukan umur sakral via www.rosstaylor.net
25 dan pernikahan memang dekat. Di umur ini kamu akan mendapat banyak undangan dari teman-teman sejawat yang bergegas meresmikan hubungan. Kamu pun bisa jadi salah satu di antaranya. Tapi ada juga yang merasa 25 bukanlah umur sakral bagi sebuah komitmen serius. Mereka yang masih mengejar karir, ingin fokus melanjutkan sekolah, sampai mereka yang masih enggan membuka hati bagi cinta yang baru.
Umur ini tidaklah sesakral bayanganmu beberapa tahun lalu jika dihubungkan dengan urusan cinta pun komitmen. Tidak ada yang perlu digadang-gadang secara berlebihan. Jalani saja sebaik yang kamu bisa, maka kamu akan tahu hasil akhir yang memang sudah tertakdirkan untukmu.


13. Merdeka Secara Finansial Bukan Berarti Kamu Bebas Menentukan Arah Hidupmu Sendiri

Merdeka secara finansial bukan berarti kamu bebas
Merdeka secara finansial bukan berarti kamu bebas via trend-kid.com
Okay, kamu memang sudah lebih mandiri secara finansial sekarang. Baik karena sudah disokong pasangan, sudah bekerja, atau hidup dari uang beasiswa. Saat remaja, kamu sempat merasa bahwa kebebasan akan kamu dapat saat sudah tidak menggantungkan kehidupan pada orang lain. Apakah sesederhana itu?
Walau sudah lebih mandiri, bukan berarti kamu bebas dari tekanan orang-orang di sekeliling. Pertanyaan macam ini akan tetap menghampirimu,
“Kapan nikah?”
“Kapan punya anak?”
“Gak mau jadi PNS aja? Gak bosan kerja swasta?”
“Kok bajunya gitu? Gak terlalu terbuka tuh?”
Kebebasan itu tidak serta merta datang. Tuntutan dan kukungan justru makin sering datang dari orang-orang yang hanya mengetahuimu selewat kenal. Mengesalkan? Jelas. Tapi tak perlu dimasukkan ke hati, cukup hadapi saja dengan anggukan sopan dan sesungging senyuman ramah.


14. Orang Tua Bisa Menjelma Jadi Musuh yang Paling Kamu Benci. Tapi Pada Mereka Kamu Tetap Ingin Membalas Budi

Orang tua bisa jadi kamu benci, tapi mereka juga bisa kamu cintai
Orang tua bisa jadi kamu benci, tapi mereka juga bisa kamu cintai via www.rosstaylor.net
Umur ini memang unik. Di satu sisi, kamu sudah merasa jadi manusia dewasa yang punya tanggung jawab pada orang tua. Kamu merasa bertanggung jawab membawakan mereka makan malam yang dibeli dengan uang gajimu. Kamu pun sudah mulai tidak enak hati jika terus merepotkan 2 orang yang sudah membesarkanmu selama ini.
Namun pada sisi lain mata uang kamu kerap berseberangan dengan mereka. Kedua orang tua memintamu jadi PNS, sementara kamu sedang asyik menggeluti pekerjaanmu di advertising agency. Ayah dan ibumu menginginkanmu segera menikah, padahal kamu merasa baik-baik saja sendiri. Perbedaan yang kontras ini membuatmu sadar bahwa kamu dan orang tua memang dua entitas yang punya impian berbeda.
Kuncinya adalah bagaimana kamu bisa menyelaraskan pengejaran mimpimu dengan restu dari kedua orang tua. Demi mendapatkan keselarasan ini diperlukan kesabaran, kerja keras, dan kemauan mendengar yang tidak remeh.


15. Sedikit yang Mau Mengaku: Di Usia 25 Tanpa Sadar Kamu Belajar Menyembunyikan Lukamu

Kamu harus belajar menyembunyikan luka
Kamu harus belajar menyembunyikan luka via keepo.me
Dahulu, kesedihan dan kepahitan hidup selalu bisa dibagi. Bisa cerita ke teman, disuarakan lewat media sosial, sampai dengan ringan disampaikan lewat curahan hati ke orang-orang terdekat. Rasanya dunia perlu tahu semua yang kamu rasakan. Berbagi dengan orang lain, bahkan pada yang tak dikenal, dianggap bisa meringankan beban.
Kebiasaan macam ini tidak bertahan lama. Seiring waktu, kamu sadar bahwa kamu berubah. Semua masalah kini lebih baik kamu simpan sendiri. Bercerita pada mereka yang paling dekat pun hanya 1-2 orang saja. Tidak semua sisi dari dirimu bisa dibagi pada dunia. Di usia ini, kamu belajar menyembunyikan luka. Belajar terlihat kuat dan baik-baik saja, padahal di dalam hati ada lubang menganga.


16. Belajar Menerima Kesalahan dan Memaafkan Diri Sendiri Jadi Perjuangan Terberat Di Usia Ini

Proses tersulit adalah memaafkan diri sendiri
Proses tersulit adalah memaafkan diri sendiri via jacksqap.tumblr.com
Kamu pernah memilih menitipkan hati pada orang yang salah. Kamu pernah mengambil keputusan yang meninggalkan luka menganga di hati orang-orang terdekatmu. Sadar pernah keliru, kamu pun menyadari harus segera berubah jadi orang baru yang jauh lebih baik dari versi sebelummu.
Proses berubah ternyata tidak sesulit menerima kesalahanmu yang telah lalu. Dalam usia ini, perjuangan terberat ternyata datang dari usaha memaafkan diri sendiri. Akan ada titik di mana kamu merasa benci pada diri sendiri, mengutuk kebodohan yang sudah kamu lakukan selama ini, terus-terusan menyalahkan diri sendiri.
Butuh proses panjang hingga titik iklas dan menerima bisa teraih dalam genggaman. Butuh keberanian dan kebesaran hati demi memaafkan kebrengsekanmu yang sudah lewat. Namun ketika ini berhasil dilakukan, penghargaan dan rasa cinta pada diri sendiri akan makin kamu rasakan.


17. Saat Tidak Semua Rencana Bisa Berjalan dan Tak Semua Pencapaian Bisa Teraih Tangan — Menjalani Apa yang Ada Jadi Satu-Satunya Pilihan

Kadang kamu hanya harus terus berjalan
Kadang kamu hanya harus terus berjalan via zardmaster.tumblr.com
Rencana dan peta hidup yang sudah kamu buat dengan rapi di masa remaja belum tentu sepenuhnya bisa diwujudkan. Impian yang digadang-gadang mampu teraih pun belum tentu bisa tergenggam tangan. Kamu bisa jadi manusia keras kepala yang terus berkutat di kegagalan sembari menyalahkan keadaan, atau dengan tegas memilih tak hirau pada masa lalu untuk kemudian melanjutkan perjalanan.
Ternyata 25 bukanlah umur ajaib yang jadi penanda tercapainya segala keinginan. Kamu masih tetap harus berjuang. Kamu masih tetap perlu berdoa kuat-kuat supaya impian terasa makin dekat. Menjadi 25 adalah proses tumbuh sebagai manusia dewasa. Seseorang yang dengan besar hati bisa terus melanjutkan perjuangan — walau tidak semua hal yang diinginkan bisa didapatkan dengan mudah.
Sebab kadang, terus berjalan jauh lebih baik daripada menyerah pada keadaaan.

Selamat berproses menjadi 25 bagimu yang sedang menuju ke sana. Selamat menjalani 25 tahun sebaik mungkin untukmu yang sedang berada di usia ini. Menjadi 25 ternyata tidak sesederhana yang kamu kira ‘kan?

Jumat, 07 November 2014

Makna Lagu "Seluruh Nafas Ini"

Mungkin keadaan sy yang saat ini sedang galau dalam sebuah ritme percintaan yang sebenarnya biasa kita jalani dalam sebuah proses kehidupan. Di usia sy yang masih muda seperti ini, apalagi yang bisa menyebabkan galau kalau tidak tentang urusan cinta. apalagi sudah harus memikirkan hidup ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan. 

Disaat lembur dikantor gak sengaja saya mendengar musik di HP pribadi tentang lagu Seluruh Nafas Ini dari Last Child dan Giselle. Selama ini kalau saya menikmati lagu yah hanya dari musiknya saja. tidak dari liriknya. namun seiring saya mengerjakan tugas kantor, didengar dari petikan nadanya membuat saya luluh. dan saya tertarik mendengarkan isi lirik lagunya dari awal. dan saya putar ulang lagunya dari awal dengan seksama memperhatikan kata demi kata lirik lagu ini. 

Rasa kagum dan sangat menyentuh. Apa yang ada dilagu ini sebenarnya adalah apa yang saya rasakan saat ini. Saya akan jelaskan makna dari lirik lagu ini yang sebenarnya sama persis 100% dengan kegalauan yang saya rasakaan. dan mulai detik ini, lagu ini akan menjadi lagu favorit saya. (*sorry, saya masih belum bisa menceritakan tentang apa kegalauan yg saya alami, mungkin dengan pembahasan ini sedikit sudah menjelaskan). Sebelum kita bahas maknanya, mari kita lihat liriknya dulu:


 
Last Child feat. Giselle - Seluruh Nafas Ini Lyrics

lihatlah luka ini yang sakitnya abadi
yang terbalut hangatnya bekas pelukmu
aku tak akan lupa, tak akan pernah bisa
tentang apa yang harus memisahkan kita

saat ku tertatih tanpa kau di sini
kau tetap ku nanti demi keyakinan ini

jika memang dirimulah tulang rusukku
kau akan kembali pada tubuh ini
ku akan tua dan mati dalam pelukmu
untukmu seluruh nafas ini

kita telah lewati rasa yang telah mati
bukan hal baru bila kau tinggalkan aku
tanpa kita mencari jalan untuk kembali
takdir cinta yang menuntunmu kembali padaku

di saatku tertatih (saat ku tertatih)
tanpa kau di sini (tanpa kau di sini)
kau tetap ku nanti demi keyakinan ini

jika memang kau terlahir hanya untukku
bawalah hatiku dan lekas kembali
ku nikmati rindu yang datang membunuhku
untukmu seluruh nafas ini

dan ini yang terakhir aku menyakitimu
ini yang terakhir aku meninggalkanmu
takkan ku sia-siakan hidupmu lagi

ini yang terakhir dan ini yang terakhir
takkan ku sia-siakan hidupmu lagi

jika memang dirimulah tulang rusukku (terlahir untukku)
kau akan kembali pada tubuh ini (bawa hatiku kembali)
ku akan tua dan mati dalam pelukmu
untukmu seluruh nafas ini

jika memang kau terlahir hanya untukku
bawalah hatiku dan lekas kembali
ku nikmati rindu yang datang membunuhku
untukmu seluruh nafas ini, untukmu seluruh nafas ini
untukmu seluruh nafas ini

MARI KITA BAHAS PER BAIT LAGU INI :

 lihatlah luka ini yang sakitnya abadi
yang terbalut hangatnya bekas pelukmu
aku tak akan lupa, tak akan pernah bisa
tentang apa yang harus memisahkan kita

 Dulu saya pernah menjalin hubungan 5 tahun semasa kuliah dengan seorang wanita the one n only. Tentunya banyak kisah dan cerita yang telah saya alami dengannya (tanpa saya harus cerita detail). namun, kita harus terpisah karena jarak. saya harus pulang ke kota asal saya, dari jogja ke lampung untuk ikut bekerja dan juga menjaga ibu dan kedua adik saya. untuk alasan itulah saya memilih untuk putus dengan wanita impian saya lalu meninggalkannya begitu saja di jogja. karena saya tidak ada pilihan lain. karena saya harus menjadi kepala keluarga untuk ibu dan kedua adik saya. karena ayah saya meninggal dan kebetulan saya diterima kerja di Lampung. dan saya yakin dy sangat kecewa. Meskipun kita putus. kita tetap contact sebagai teman.awalnya 3 bulan pertama kita baik2 saja, telponan tiap malam. smsan. sampai pada akhirnya kesibukan saya dan dia yang membuat kita lost contact. sy sudah mulai jarang menghubunginya lagi. saat dia sms, saya balas sehari kemudian. sampai akhirnya mungkin dia jenuh dan dia pun tak menghubungi saya lagi.
Karena banyak kejadian yang saya alami, baik itu di keluarga dan tempat kerja saya (tidak bisa saya cerita detail) saya sama kali lupa untuk menghubunginya.

 saat ku tertatih tanpa kau di sini
kau tetap ku nanti demi keyakinan ini

 sampai pada suatu saat saya sadar dan merasa kesepian. saya menyadari bahwa saya kehilangan seseorang. Sejak saat itulah, 3 bulan saya melupakannya, saya mencoba untuk menghubunginya lagi. Saya telpon dia sama sekali tidak mau mengangkat, saya sms juga tidak dibalas. sepertinya dia enggan untuk menerima saya kembali. saya tidak mengerti apa yang ada dipikiran dia saat itu. Karena rasa menyesal yang begitu dalam. Saya mencoba mencari info tentangnya dari rekan-rekannya dan juga rekan saya. walau bagaimanapun saya harus tau kabarnya dan mendapatkan dia kembali. akhirnya saya mendapatkan banyak sekali info tentang wanita pujaan saya itu yang tentu membuat hati saya lega. dan membuat saya tambah ingin memilikinya.
Ada satu temannya yang membuat saya memutuskan untuk menikahinya sesegera mungkin. Rekannya mengatakan bahwa saat ini mantan saya sudah tidak mau lagi berhubungan putus nyambung yang tidak jelas atau merasa dibuang atau disia-siakan begitu saja. putus nyambung terus hanya karena alasan yang tidak jelas. dan teman saya bilang, bahwa mantan saya itu ingin saya menikahinya sesegera mungkin. sungguh hati saya senang saat itu, namun saya bilang pada rekannya, kalau harus saat ini saya belum siap. masih banyak hal yang harus saya pikirkan. namun 2 bulan kemudian saya menghubunginya.

 jika memang dirimulah tulang rusukku
kau akan kembali pada tubuh ini
ku akan tua dan mati dalam pelukmu
untukmu seluruh nafas ini


akhirnya saya memohon dengan sangat dengan mantan saya tersebut waktu 5 menit untuk telpon dan membicarakan apa yang saya ingin katakan padanya. gayung bersambut, dia memberikan penjelasan bahwa dia mau saya telpon 5 hari lagi.

Hari itupun tiba. namun 5 jam sebelum saya hubungi dia sudah sms saya. "Kalau kamu telpon tujuannya untuk mengajak saya berhubungan seperti dulu, maaf saya tidak bisa. saya sudah pikirkan ini sejak lama dan sangat lama. saya tidak mau kejadian dulu terulang kembali.tapi kalau kamu mau kita berteman tanpa ada kata spesial. saya siap".
Membaca sms dari dy saya kaget, seakan dia sudah tau apa yang saya bicarakan. akhirnya dia menolak saya. namun yang timbul pertanyaan dari benak saya adalah mengapa jawaban ini berbeda dengan yang pernah diungkapkan rekannya? saat itu juga saya mencoba untuk merevisi dan menelpon langsung rekannya. Rekannya hanya bilang bahwa saya sudah terlalu lama, saya baru menghubunginya 2 bulan setelah rekannya itu menyuruh saya menikahinya.

Malam itupun tiba. saya mencoba untuk menguhubunginya, dan akhirnya diangkat. itulah pertama kalinya saya berhasil menghubunginya dan mendengar suaranya kembali. pembicaraan itu berisi hanya bagaimana saya memberikan alasan dan penjelasan padanya kalau saya lost contact dengannya, bahwa kesibukan saya dan waktu saya. saya ceritakan bahwa sejak rekannya menghubungi saya, saya sudah mulai memanfaatkan waktu 2 bulan tersebut untuk mempersiapkan semuanya untuk menikahinya termasuk dana dan acara. saat saya menjelaskan dia berkata "saya sudah terlanjur salah paham" dengan nada terisak dia mengatakan itu.
Ketika dia menolak saya, saya hanya bilang mungkin ini sudah takdir dan saya juga tidak bisa terlalu memaksa dia, dan mungkin kesalahan saya teramat begitu dalam menyakitinya.  yang terpenting saya sudah lega sudah menjelaskan alasan yang membuat nya sakit. dan kalimat terakhir yang dia ucapkan. "Kamu itu sangat egois. Kenapa terkesan aku yang salah?".

Setidaknya malam itu aku sudah tenang.

esoknya aku mencoba meminta izin kembali untuk menelponnya. dia memberikan izin lagi malam nanti.

 kita telah lewati rasa yang telah mati
bukan hal baru bila kau tinggalkan aku
tanpa kita mencari jalan untuk kembali
takdir cinta yang menuntunmu kembali padaku


 Inilah yang saya sesalkan sampai detik ini. saya rasa telpon saya yang ke 2 ini tidak memanfaatkan keadaan. saya seperti membuang dia begitu saja. atau karena saya ini lemah dalam menebak isi hati wanita? akhirnya malam itupun aku menelponnya. banyak hal yang saya bicarakan dan mencoba untuk tidak membahas masalah ikatan ini. meskipun kenyataannya, mau tidak mau kami membahasnya. kalimat yang tidak bisa saya lupa malam itu "sy tetap gak bisa kalau melanjutkan hubungan kayak dulu lagi. saya sangat sulit sekali untuk bisa kembali percaya denganmu. saya sudah seperti dibohongi. maaf bukan tujuan saya menyakiti kamu dan keluargamu. saya tidak pernah bilang ke dia (rekannya) kalau saya mau nikah sama kamu. saya cuma bilang, aku gak mau kejadian kayak dulu lagi terulang, kamu main buang aku begitu aja, putus begitu aja, nyambung gitu aja. tiba-tiba hilang, kemudian muncul begitu saja. meskipun saya yakin kamu punya alasan yang kuat untuk itu. tapi saya gak bisa. saya gak bisa percaya dengan kamu lagi".

 di saatku tertatih (saat ku tertatih)
tanpa kau di sini (tanpa kau di sini)
kau tetap ku nanti demi keyakinan ini

 saya terus mencoba merayunya, setiap saya sms yang ada hubungannya tentang itu, dia selalu tidak membahas. tapi ketika saya sms tentang hal-hal diluar hubungan ini, dia membalas. aku semakin bingung dan mencoba meminta waktu dia lagi untuk izin telpon ketiga kalinya.
Yah. saya dikasih waktu minggu depan. dan kali ini saya bingung, apa yang mau saya katakan ketika minggu depan saya menelponnya lagi?

apakah harapan itu masih ada?

 jika memang kau terlahir hanya untukku
bawalah hatiku dan lekas kembali
ku nikmati rindu yang datang membunuhku
untukmu seluruh nafas ini

 atau dia sudah benar2 mengubur rasa dengan saya?

 dan ini yang terakhir aku menyakitimu
ini yang terakhir aku meninggalkanmu
takkan ku sia-siakan hidupmu lagi

 yang jelas. saya masih bingung apa yang sebenarnya dia inginkan. dan apa yang ada di pikirannya saat ini?
ini masalah nasib.

Selasa, 28 Oktober 2014

Kesalahan


Tidak ada yang salah pada sebuah kesalahan yang masih memiliki alasan. Kadang kita pernah melakukan sesuatu yang kita tau itu salah, namun kita lakukan karna ada alasan kadang hati nurani menuntut untuk berfikir apakah itu benar-benar sebuah kesalahan? atau akibat dari sebuah kebenaran yang dipaksakan.

Tapi percayalah, dibalik sebuah kesalahan seseorang, sebesar apapun salahnya. Akan menghasilkan sebuah pembenaran yang nyata, hati nurani bertentangan dengan akal logika sehingga kita membabi buta tak kenal arah. tanpa ampun apalagi mengasihani atas sikap kesalahan seseorang.

Percayalah bahwa anda yang menyalahkanpun pernah berbuat salah, bahkan berdampak yang lebih besar. Jadi tidak relevan jika kita menyalahkan seseorang atas dasar ego pemikiran pribadi. Menurut apa yang kita pikirkan dia salah. Tapi kita tidak pernah mengizinkan pola pikirnya berbicara. Apa alasan dia melakukan kesalahan itu? Percayalah kesalahan apapun yang telah dilakukan orang lain akan berdampak sangat besar namun memiliki alasan pembenaran. Belajarlah untuk memaklumi atas dasar kasihan yang berasal dari hati nurani. tak ada manusia yang melakukan kesalahan secara murni. kesalahan yang dilakukan seseorang pasti memiliki cerita panjang yang mengeluhkan.

Jadi berusahalah untuk memaafkan dan peduli akan kesalahan orang lain. jadikanlah kesalahan orang lain pelajaran agar kitapun tidak melakukan hal yang sama. Mari menjadi dewasa dalam menyikapi kesalahan yang dilakukan oleh orang lain. karena setiap orang melakukan kesalahan pasti memiliki alasan kebenaran asalkan didasari dengan kejujuran.

Selasa, 21 Oktober 2014

Cerita Pagi Ini



Tuhan
pagi ini aku bercerita tentang sebuah pengalaman
tentang anugerah dan sebuah pencapaian
tentang cerita khilafah tanpa putus asa

Tuhan
Kadang aku merintih kesakitan
merasakan dingin alam tanpa dekapan
Dan panas menggeliat mengganaskan hati

Tuhan
Kadang aku bersyukur atas kebahagiaan
melihat indahnya kata Alhamdulilah
merasakan kekuatan alam yang tiada tara

Tuhan
Pernah aku menistakan sebuah keyakinan
Tak mengakuiMu karena kekecewaan yang begitu dalam
Dan membunuh kasihmu dalam murkaku

Tuhan
Pagi ini aku renungkan
tentang sebuah kegelisahan
Memaknai setiap makna doa dalam kata
memaknai arti kebaikan dan keburukan
Mana yang lebih pantas dikaruniakan
Untuk aku yang terus mempermainkanMu
Dan Engkau mengasihiku dalam perjalananku
pagi ini aku mulai bercerita kembali
bersama doamu.

Senin, 13 Oktober 2014

Kekecewaan

Tanpa terasa hidup berlari begitu cepat. kalimat demi kalimat cerita mengalun indah membawa klimaks dalam sebuah kisah sedih, senang, tawa serta haru. Semuapun pada akhirnya terlewati begitu saja karena memang hidup harus mempunyai cerita. Beruntungnya umat manusia yang mendapatkan begitu banyak pelajaran atas segala cerita yang dialaminya. Diatas hati runtuh dan semua menjadi musuh dan kita pun terjatuh, ada kalimat-kalimat muslihat yang membawa setiap problema pada sebuah pengampunan. Karena kita belajar. Saya pernah merasakan sakit begitu sakit. jatuh terpuruk begitu dalam. rasa kekecewaanpun begitu dalam hingga aku bingar mengeraskan hati serta Tuhanpun aku anggap angkuh. Jiwa seperti terseret-seret jalanan berpasir, hingga luka memenuhi tubuh. Sakit begitu dalam. Disaat aku mulai mengerti dan menyadari apa arti tentang sebuah cobaan adalah memaknai apa sebenarnya arti kekecawaan.

Kalau kita sendiripun tidak pernah mengerti akan arti kekecawaan. lantas bagaimana kita bisa merasakan rasa sakit. Rasa sakit mana yang tidak dilandasi atas dasar rasa kecewa. itulah mulanya sebuah penderitaan di mulai. karena kita terlalu menikmati proses kekecewaan yang sudah menjiwa dalam ruh sehingga yang terjadi pada jiwa ini adalah penolakan-penolakan atas ketidak benaran hidup. Kita selalu menilai sebuah perjalanan atas keputusan ego pribadi. Kita seperti menjadi Tuhan bagi diri sendiri. Merasa paling jago untuk menentukan pilihan mana yang terbaik. Kita lupa akan arti berserah dan berpasrah. Kita boleh saja menikmati keterpurukan untuk sebuah pembelajaran. Agar kita dapat menghayati setiap luka dalam penderitaan. Agar rasa kecewa tak menjelma sebuah raksasa ganas yang menjadi murka atas Firman-firman Tuhannya.

Saat rasa kecewa itu merasuk pada tubuh dan seakan mengakar mengeraskan hati serta meracuni pikiran. Ego malah senang terbawa arus kekesalan. dan pada akhirnya sakit itu terasa semakin sakit. apa sebenarnya yang kita harapkan dari rasa kecewa itu? tidak ada jawaban lain hanya kepuasan untuk memenuhi penolakan-penolakan yang muncul dari dalam diri. Pada saat kita merasa menderita dan patah, kita dengan mudah melupakan rutinitas kebiasaan- kebiasaan indah yang pernah kita lakukan. Karena mungkin kita terlalu fokus akan luka yang terlalu menancap di hati. fikiran emosi raga dan jiwa terpantau hanya pada satu arah. titik luka yang merubah hati, otot dan otak manusia. serasa tak ada hal lain di pikiran yang harus dipikirkan selain fokus pada keterpurukan yang sebenarnya memanjakan. Serasa tak ada lagi yang lebih penting dari masalah terpuruk yang sedang dihadapi saat ini. Dan kebahagiaan yang sebenarnya sudah menunggu anda didepan terasa jauh. Karena anda berhenti ditempat. Berdiam diri, hanya fokus merapikan benang kusut. Padahal anda terbohongi diri sendiri. bisa saja ketika anda melangkah 2 langkah anda akan menemukan benang yang baru dan bisa membelinya? mengapa anda tidak bisa berfikiri kedepan disaat kesulitan datang? karena anda menyalahgunakan fokus dalam pikiran anda terhadap sesuatu yang tak perlu.
Tapi, bukan berarti kita tidak boleh menikmati rasa sakit dan terpuruk. justru seharusnya kita menikmati keterpurukan. setidaknya kita tau rasa sakit itu seperti kalau kita pernah merasakannya dan kemudian dapat membandingkannya. setelah itu kita bisa lebih hebat karena belajar darinya. Puaskan lah dirimu dalam keterpurukanmu sendiri. karena kamu akan tau bahwa menderita itu pahit.


Lantas apa penyebab sebenarnya penderitaan itu datang. Rasa kecewa itulah yang menjadi sarang dan biang dari segala keluh kesah. kekecewaan dalam hati membawa diri menolak semua kenyataan pahit kemudian memberontak lalu ego menjadi kisanak. Ya ketika kekecewaan datang hanya diri yang menentukan segalanya. Jangan pernah membawa Tuhan atas keputusan yang sebenanrnya kamu buat atas keinginanmu sendiri.

Tuhan itu tidak berwujud, tidak berbentuk. Tapi Tuhan itu ada. jadi kadang kita tidak tau, apakah langkah yang kita ambil adalah jawaban Tuhan, atau ego pribadi yang terpendam. karena kita tidak merasakan secara langsung jawaban atas petunjuknya. Jadi ketika memiliki masalah besar, janganlah lantas anda memaksa Tuhan untuk memberikan solusi. awali dengan bersyukur. Terima kasih Tuhan, telah memilih saya menghadapi masalah ini. Dari ribuan orang didunia ini, Engkau lebih percaya aku, karena aku Tau, Engkau yakin bahwa hanya aku yang bisa menjalani masalah ini. Bisa saja Tuhan memilih orang lain untuk masalah yang kamu hadapi. tapi Tuhan tidak pilih karena Tuhan merasa mereka tidak sekuat dirimu. Syukuri itu. kemudian berserahlah. selain bersyukur. makna berserah memang terlihat mudah. tapi mari menyediakan waktu yang khusus dan tenang beberapa saat untuk berdiskusi pada Tuhan. ya, kita hanya berbicara berdua saja dengan Tuhan. Katakan dengan bebas dari hati ke hati kepada Tuhan. biasanya saya kalau lagi galau. Pulang aktifitas langsung makan, trus mandi kemudia sholat. Ambil HP dan headset. dengarkan lagu2 akustik kemudian hati berbicara pada Tuhan, berdiskusi tentang masalah yang sedang sy hadapi. Mungkin karena Tuhan tidak bersuara. Tuhan tidak akan memberikan jawabannya secara langsung. maka hati kita yang akan mengarahkannya, asalkan kita benar2 berserah.

Setelah berserah. kemudian berfikir atas solusi yang akan kita ambil. sama seperti berserah. berpikir jg harus dengan kondisi yang nyaman. agar jawaban yang termunculkan. adalah jawaban yang benar.

Percayalah kawan, sesungguhnya memang sesulit apapun penderitaan yang kita alami. Intinya hanyalah rasa kecewa yang sudah merajai hati kemudian mengakar keras. Lawan kata dari kecewa adalah ikhlas. maka, Relakanlah dalam berpasrah. Ikhlaskan semua,,,
Kalau ikhlas sudah melawan rasa kecewa. maka penderitaan tak ada gunanya.
Jadi ubahlah kata kecewa menjadi ikhlas.

Sabtu, 20 September 2014

Tanpanya

Tak ada pilihan karena hidup adalah garis
dengan tujuan tanpa batas kemudian berbaris
penuh dengan tantangan serta alasan bengis
apakah aku pantas menunggumu manis?

Jiwa bergemuruh tak tau arah
tak ada kata selain namanya
hilang terbang menyisakan tangisan darah
apakah aku pantas menunggumu untuk kedua kalinya?

Langit berkata bahwa hidup adalah perjuangan
Tapi jalan terus membentang penuh tantangan
Kalau aku diam, kau juga tak pernah pulang
apakah aku pantas menunggumu datang?

Melangkah terus pada garda paling depan
menunggu masa lalu pun tak berguna
karena hidup punya masa depan
dengan atau tanpanya...

Kamis, 18 September 2014

Dalam Lamunanku

Dalam lamunanku
sosok tergiur melihat dubur bersolek
merajai hati terbungkus bangkai
yg dipoles oleh lendir menjadi pesek
dan setiap orang nyinyir meracai

Dalam lamunanku
Laki-laki tua berdusta pada ratunya
Anak muda bergaul salah arah
Anak kecil malah jadi saksi mata
Dan pemuda gagah mencari perawan berdarah

Dalam lamunanku
Rokok menjadi primadona teras
Minuman alkohol laku keras
Ayat menjadi musuh
azan malah dibunuh


Dalam lamunanku
Daging terbayar murah
Harga diri dibayar mati sudah
hati dan perasaan sudah tak berteman
apalagi kesopanan?

Dalam lamunanku
Aku membuka mata pelan-pelan
inilah kampung halaman
harusnya diidamkan
bukan terhinakan

Aku menggaris diri memasang pengaman,
mencoba menerima kenyataan
pada hidup, pada proses keremajaan
mempertaruhkan masa depan

Kampung halamanku
ku cintai karena mau tak mau
dalam lamunanku

*Lokalisasi Pemandangan Kecamatan Panjang Bandar Lampung

Proses Kesuksesan

Siapa yang tidak mau kerja ditempat yang bergaji besar. dengan jabatan tinggi dan diperusahaan yang mempunyai nama besar. Itu menjadi impian dari semua orang. Siapa yang tidak mau kaya, punya istri dua, dengan segala sesuatu serba ada. Itu harapan semua orang. Siapa yang tidak ingin masuk surga, dengan sisa nama dibicarakan baik semua orang dan meninggalkan bekas harum sepanjang masa. Itu keinginan yang di inginkan. Siapa yang tidak mau masuk perguruan tinggi negeri favorit dengan jurusan yang diinginkan, apalagi dijanjikan pekerjaan.  Itu kemauan setiap orang.



Kesuksesan. Disaat diri dihadapkan pada sebuah ketidakadilan kenyataan hidup, dengki merasuk merajai hati. mengendari lisan serta pikiran kearah hidup penuh dengan fatamorgana. Pertanyaan yang paling sering timbul adalah. mengapa saya sampai begini? apa yang sebenarnya tidak saya miliki? sy sudah melakukan semuanya? kenapa saya begitu terpuruk diatas semua kebagahagiaan para sahabat, saudara dan rekan disisi saya. ... Apa yang sebenarnya sy butuhkan saat ini? apalagi pelajaran yang tidak saya dapatkan dari rintihan kejadian. Kadang saya merasa ketidak adilan begitu nyata. terhimpit semakin terjepit.

Saya diluluskan dari universitas ternama di indonesia, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dan dibumbui dengan sejuta pengalaman pekerjaan serta pengalaman organisasi. Tak usah jauh-jauh melihat kakak tingkat dengan tebar senyum pesona kesuksesannya. rekan satu angkatanmu sudah ada yang berdasi emas berjas sutra dan berumah istana. Apakah saya masih pantas untuk menyalahkan nasib?
Saya mencoba melangkah sedikit kedepan melihat kedengkian. Kenapa orang yang berpendidikan lebih rendah dari saya lebih sukses dari saya. Punya mobil mewah dan sering untuk jalan-jalan keluar kota?

Itulah manusia ternyata. begitu diselimuti dengan sifat dengki atas kesuksesan orang lain. dan cenderung membahagiakan kesuksesan pribadi. kadang fikiran, waktu dan tenaga telah habis karena kita sibuk untuk membandingkan. segala upaya sudah dilakukan termasuk bersyukur. bersyukur mungkin sudah terdengar klise dan kehilangan makna lagi dan termakan oleh zaman.

Sadarkah kawan. bahwa manusia itu penuh dengan penilaian, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Ego kita begitu merajai segala opini dan pendapat yang membunuh mental menjadi mentah. kita hanya bisa menghakimi diri sendiri atas upaya serta rencana juga kita lakukan sendiri. timbulnya adalah bahwa kita lupa bahwa diri kita pun patut untuk dihargai. Apa yang sebenarnya kita lihat dari sisi rendahnya diri atas ketinggian orang? kita ini sombong yang hanya melihat manusia dari apa yang dicapainya saat ini.
Teman yang kaya dan sukses. sementara kita miskin dan terperangah nasib. Adilkah kita? jika kita membandingkan diri kita di awal muda dengan mereka yang sudah menikmati hasil dari sebuah jerih payah? Selama ini kita melihat kesuksesan orang lain dari hasil yang sudah diraihnya. kedengkian kita lupa dan menutup hati jika sebenarnya kesuksesan setiap orang itu dibentuk dari sebuah proses yang sangat panjang. Itulah egonya manusia. Membandingkan hasil dari sebuah proses panjang orang lain, dengan diri pribadi yang belum memulai apa2. Kita, manusia yang hanya mau enaknya saja. melihat hasil enak dari orang lain. tanpa perduli proses perjalanan perihnya untuk menggapai kesuksesannya saat ini.

daripada kita sibuk dengki terhadap hasil yang dicapai orang lain. lebih baik kita sibukkan diri untuk memulai sebuah proses, serta mempersiapkan kegagalan yang mungkin terjadi pada diri sendiri. jangan kau tanya seberapa besar kesuksesan yang sudah diraih oleh setiap orang. tapi tanyalah, bagaimana proses yang terjadi hingga kesuksesan itu terbentuk. Maknailah kisahnya, renungilah apa yang ad pada setiap keras perjuangannya, dan nilai lah ia dari setiap perjuangannya.

Rabu, 27 Agustus 2014

Penantian Cinta


Aku bisu dalam keramaian
Aku hilang dalam keberadaan
Aku terhempas saat diandalkan
aku berjuang saat kemerdekaan datang

Dinding retak membuat peluh
jiwa berontak tak ada musuh
dan aku teriak saat semua hilang

aku berjuang menegakkan ilalang
yang bergoyang-goyang tertiup angin
malah patah

aku berjuang memukul-mukul es
agar cair
malah panas menjadi binasa,
kemudian melebur dengan sendirinya

aku berjuang menggali liang
mencari mata air
malah hujan turun tak henti
menjadi banjir

Sebenarnya aku berjuang untuk siapa?
kalau gadis berkulit eksotis terus menangis dan menepis
lalu apa yang aku perjuangkan
kalau cinta hanya jd tanda tanya

dan aku mulai menebak-nebak
aku berjuang untuk apa?

gadis tersenyum manis tipis
mencari gundah kemudian melangkah
hatinya sedang patah pada tujuan hidupnya
gadis bisu yang berteriak menjelaskan maksudnya
dan aku dibiarkan bertanya-tanya

aku ini punya kaki, kuat membopong
aku ini punya tangan, tangguh menggendong
aku ini punya bahu, siap menyokong
kau gadis malah berlari menyongsong

dosa apa yang melebur setiap kata-katamu
sehingga kau meninggalkan ku dalam kebisuan
dan tanda tanya,
lalu perjuanganku kau anggap apa?

Senin, 25 Agustus 2014

Kesendirianku


Manusia memang membutuhkan waktu sendiri untuk menemukan sebuah jawaban yang matang. Kadang hidup sudah menggerus setiap detik waktu yang membuat hidupnya semakin berarti. Keriputpun mulai menyapa penuh dengan cerita panjang pahitnya kehidupan. Dan saat itulah kita mulai dapat berbicara pada diri sendiri tentang sebuah kejujuran akan arti kehidupan.
Kesendirian kadangkala mengandung arti ketenangan dan kesucian tapi tidak semua orang dapat bertahan dalam hidup sendiri. Aku mencari kesendirianku untuk menemukan kenyataan apa yang sebenarnya ingin aku temukan dalam hidup ini. Ini bukan lagi tentang sebuah jawaban. Tapi tentang alasan mengapa dan bagaimana cerita hidup ini mulai bercerita.
Hidup memiliki nada tersendiri untuk membentuk sebuah birama yang kemudian menghasilkan suara terindah. begitupun aku. saat ini hidup sedang bercerita tentang arti sebuah pengorbanan, arti sebuah ketegasan, arti sebuah keyakinan, arti dari sebuah ketegaran, serta arti dari sebuah jalan panjang yang disebut masa depan.
Kesendirian tak simetris dengan kita tidak berbuat apa-apa. kesendirian menghasilkan sebuah rencana yang menghasilkan sebuah peluru untuk senjata melawan kehidupan. Manusia memang butuh untuk sendiri.
Aneh memang ketika ada manusia mengartikan bahwa masalah yang ada pada hidup akan membuat kita semakin menjadi dewasa, tapi malah membuat orang terlihat lebih tua. setidaknya kita memiliki jawaban atas ketegaran dan kepuasan. Sadarlah bahwa tidak ada manusia yang ingin dilahirkan dalam keadaan hidup seburuk apapun. Dan kisah saat ini tidak terlahir hanya dari sebuah kesalahan. Kisah saat ini hadir dari cerita panjang sebab akibat sebuah kehidupan. dan manusia hanya menjawab teka teki bersandiwara.

Kesendirian memaknai arti kita bisa berbicara dengan tegak lurus antara Tuhan dan diri sendiri. Kesendirian menghasilkan kejujuran dari hati nurani. Ketika kita sedang berdiskusi pada Tuhan, maka hati akan sibuk tak hentinya mengeluh. Dan jika hati mulai memberontak tentang kehidupan. Maka Tuhan sejuk mendengarkan. Itulah bedanya antara hati dan Tuhan. Hati bisa saja dinodai atas ketidak bersyukuran umat manusia. Namun Tuhan tetap memaafkan. Kata demi kata yang terlontar dari hati sanubari tak ubahnya seperti bayi yang merengek meminta mainan. Apakah itu arti beserah diri? atau aku sebenarnya sedang tidak bersyukur? Tuhan akan menjawab dengan senyum dari bintang-bintang yang mengedipkan matanya. Akupun akan menatap langit.
Air mata menetes pada kelopak mata pada wajah yang mendongak kurang ajar. dan semilir angin memeluk tangisku menjadi sebuah harapan. Malam itu, sebuah jawaban terlontar bertemu disatu titik antara Tuhan dan hati dalam sebuah kesendirian. Aku pun tertunduk mendesu. menikmati bebasnya udara seakan puas dengan keganasan hidup. Jawaban Tuhan ada pada sebuah pilihan. Bukan benar atau salah atas langkah yang akan kita ambil. namun, seberapa besarkah kita berani mengambil sebuah pilihan?

Tuhan dan hatiku masih berdiskusi mengenai itu. dan inilah kesendirianku.

Jumat, 22 Agustus 2014

Adik yang "Nakal"


Baru saja saya merasakan indahnya hari kemerdekaan. Saya rasa, saya akan benar2 merasa merdeka. Terutama merdeka dalam kehidupan yang sebenarnya. Menjadi kepala keluarga diusia 24 tahun saya percaya bukanlah perkara yang sangat mudah. namun, jawaban yang sangat pasti adalah bahwa hidup harus terus berjalan dan dijalani.

Pulang kerja dengan keadaan yang lelah dan penuh harapan bahwa dirumah saya akan menemukan sebuah peristirahatan yang tenang. Cukup hanya dengan melihat senyum kecil dari kedua adikku tercinta. Dan berbincang manja dengan ibu yang menjaga rumah. Keadaan agak sedikiti berbeda kala itu. 23 Agustus 2014. Saat aku mencoba melangkahkan kaki memasuki rumah yang katanya menjadi surga bagi seluruh penghuninya. keadaan menjadi aneh dan semua tenang mencurigakan. Apa yang baru saja terjadi dirumah ini. Jangankan senyum kecil kedua adikku, sapaan lembut saja tidak aku dapatkan. Bingung harus bagaimana aku tau tentang apa yang terjadi. ku baringkan sejenak tubuh lelahku ini sambil mencoba menghirup udara surga di rumahku. Namun tak ada hawa cinta dan kasih sayang dirumahku sendiri. Tak sengaja malam itu juga aku melihat pintu kamarku seperti terdobrak. dan rasa penasarankupun mulai menggeliat. Kenapa adikku yang pertama tak kunjung keluar kamar? tak seperti biasanya saat aku pulang, ia bergegas menyambutku. satu kalimat yang kutunggu-tunggu akhirnya terlontar dari mulut surga ibuku. "Mama sudah tidak kuat untuk mengurus adikmu lagi. Sudah gak sanggup. Adikmu sudah seperti kesetanan dan bukan seperti manusia lagi". Dengan wajah keheranan aku malah dibuat bingung dengan keadaan yang tambah mencekam. "Maksudnya mah?" aku bertanya. "Adikmu sudah kurang ajar, berani memukul mama, melawan, membentak bahkan bersikap tidak sopan didepan umum", ibuku mulai terisak menjelaskan. "Iya betul, orang seperti itu gak jauh beda seperti binatang", kakak perempuanku pun ikut mengiyakan. "Maksudnya?" Aku tambah semakin dibuat heran.

"Apa yang sebenarnya terjadi selama saya tidak ada dirumah?, tolong dijelaskan secara detail. jangan membuat saya bingung". Nadaku mulai terlihat emosional dan merasa dipermainkan.
"Tadi siang, mamah melarang adikmu untuk memakan roti yang ada dikulkas, karena roti itu hanya untuk sarapan bukan makan siang. Padahal adikmu juga tadi sudah makan siang". "Lalu kenapa adik sampai menangis terisak-isak hanya karena dilarang makan roti?". Kakak perempuanku membantu menjawab ibuqu "Tadi kakak (perempuan) pukul mulutnya karena dia sudah menjawab mama dan membentak hanya karena dilarang memakan roti". "Adik, kenapa kamu melawan mama?". Dengan sisa tangisan lirih adikku mencoba menjelaskan "Adik cuma merasa kesal dengan sikap mama selama ini ke adik. Mama selalu membela kakak (perempuan) dari pada adik. Dirumah ini adik hanya seperti tamu dan tidak dianggap. Yang dipikirkan oleh mama hanya lah kakak, dan adik tidak pernah diperdulikan. Apa adik ditanya tentang kegiatan sekolah adik atau apapun. semua yang dilakukan adik dirumah ini selalu salah. mama hanya perduli pada kakak (perempuan) selalu diajak cerita dan dimanja. sementara adik dilupakan, jadi adik tidak terima saat kakak memukul mulut adik ketika adik mencoba membicarakan ketidak adilan dirumah ini. adik seperti bukan anak kandung. Adik membalas pukulan kakak dan kami berdua bergulat. Setelah selesai bergulat, mama malah memukuli adik didepan orang umum seperti memukuli seorang binatang. dan terkesan membela kakak. adik dipermalukan. sadarlah bahwa adik ini perempuan yang punya kehormatan dan tidak pantas diperlakukan begitu hinanya".

Akupun semakin geram "tidak bolah ada yang boleh mempermainkan kekerasan dirumah ini, apapun alasannya. kalau kalian semua ingin menunjukkan diri menjadi seorang jagoan, silahkan tunjukkan ke orang lain. jangan pada satu darah". Mama menggertik "Kamu tidak suka kalau mama memukuli anak kandung mama sendiri yang sudah tidak sopan ke ibu kandungnya sendiri, berarti kamu setuju kalau mama selalu dikurangajari oleh anak mama sendiri?". Aku mulai menghela nafas "Ma, apapun alasannya, kekerasan itu tidak pernah diizinkan. masih banyak cara lain yang bisa membuat seseorang jera. kalau mama mendidik seorang anak dengan keras, mama akan menghasilkan anak yang keras. dan kalau mama mendidik anak dengan kelembutan, mama akan menghasilkan anak yang lembut". Mama mulai marah "Jangan ajari mama bagaimana cara mendidik anak. Mama tau bagaimana yang terbaik untuk anak mama, jangan mentang2 kamu sudah bisa cari uang dan ngasih makan mama, kamu juga ikut kurang ajar dengan mama, memang kalau mama memukul adikmu, kamu mau lapor polisi? silahkan mama gak takut". Keadaan mulai memanas "Saya tidak akan melaporkan siapa pun. Sampai saya mati nanti, saya masih ada hak dan kewajiban untuk membuat keluarga saya menjadi baik. untuk memberikan sesuatu yang baik sesuai kaidah agama. Tidak ada satu ayat pun di Alquran yang menjelaskan mendidik seorang anak dengan kekerasan. Kekerasan boleh dilakukan hanya untuk membuat jera bukan diperlakukan seperti binatang".


Mama menghardik " kalau kamu selalu membela adikmu dari pada mama, silahkan urus adikmu dan mama mau pergi dari rumah ini. mama sudah tidak sanggup memelihara anak seperti ini".
Aku mulai menenangkan " ma, seorang anak itu terlahir dari selembar kertas kosong yang tidak tertulis apapun. Jadi apapun yang mama bilang, sehina apapun seorang anak di mata mama. sadar atau tidak bahwa orang tualah yang membuat anaknya menjadi seperti itu. Orang tualah yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada seorang anaknya. Kalau mama sebagai ibu kandung yang melahirkannya pun tidak sanggup merawatnya. mau siapa lagi ma? Mama yang sudah mendidik adik menjadi seperti ini, jadi nantipun mama yang akan mempertanggungjawabkan anak mama pada Tuhan. Istighfar ma". Mama malah merasa tidak terima "Kamu dan adikmu sama saja. Selalu menyalahkam mama, biarkan aja mama anggap ini dosa mama, yang penting mama sudah tidak mau ngurus dia lagi. dan besok mama mau pergi dari rumah ini. mama sudah muak dengan adikmu".

Keadaan sudah tidak bisa ditenangkan lagi "mama tidak perlu pergi dari rumah ini, karena ini rumah mama. besok saya dan adik yang akan pergi dari rumah ini. Percayalah bahwa sejelek apapun keluarga saya, meskipun sudah tidak ada yang mau menerimanya didunia ini. Saya akan siap menampung dan merawatnya. karena adik saya juga masih menjadi tanggung jawab saya. Saya minta maaf mah, kalau menurut mama saya kurang ajar. tapi mah, saya tidak bisa meninggalkan adik saya dalam keadaan seperti ini, disaat dia tidak ada siapa-siapa lagi yang mau menerimanya. sehina apapun adik saya dimata orang lain. Dia tetap permata dimata sy dan sampai detik ini saya masih merasa mempu untuk mendidiknya menjadi lebih baik".

Aku langsung bergegas kekamar dan membaringkan tubuhku dikasur yang semakin terasa lelah. Aku berdo'a. "Tuhan, terima kasih Tuhan sudah membuat aku semakin dewasa dengan masalah yang engkau ciptakan malam ini. Apapun hasilnya Tuhan, aku serahkan pada engkau. Hamba hanya mampu melakukannya dengan maksimal dan atas rahmatmulah semua akan terjadi. Berikanlah sebuah jawaban terbaik Tuhan. Cobaan yang Engkau ciptakan akan membuat aku semakin mencintai-Mu, Engkau telah menunjukku sebagai kepala keluarga dirumah ini selekas Engkau menjemput ayah hamba ke surgamu. Terima kasih atas kepercayaanmu pada hamba Tuhan. Dan atas pertolonganmulah hamba akan membimbing keluarga hamba menuju surgamu, sama seperti ayah hamba yang sudah lebih dulu menuju surga, Tuhan Hamba tidak bisa memberikan jawaban atas apa yang terjadi malam ini selain atas karena Ridhomu. Selamat malam dan selamat tidur Tuhan.