semoga bisa menjadi inspirasi untuk kita semua yang sedang menginjak usia 25 tahun.
selamat membaca...
Kenyataan Hidup yang Harus Kamu Terima Sebelum Masuk Ke Umur 25
Di luar sana, usia 25 dianggap sakral. Dipandang sebgai usia tepat bagi perkembangan kedewasaan. Padahal tak sesederhana itu. Ada hal-hal tentang menjadi dan menjalani 25 tahun yang tak semua orang mau beritahukan padamu
1. Kamu Sempat Membayangkan Di Usia 25 Sudah Bisa Punya Rumah, Mobil, dan Merdeka Secara Finansial. Kenyataannya Kamu Justru Merasa Belum Jadi Apa-Apa Sebagai Manusia
Kadang kamu merasa belum jadi apa-apa sebagai manusia via radenrani93.tumblr.com
“Nanti umur 25 aku pasti udah nikah.”Tapi cobalah kamu tanya pada orang yang sudah menjalani usia yang sering dibilang orang “sakral” ini. Sudahkah mereka merasa cukup dengan hidupnya? Sudahkah segala pencapaian yang diidamkan itu tergenggam tangan? Bukannya membusungkan dada, kebanyakan orang justru merasa usia 25 belum menjadikan mereka sebagai sosok yang pantas berbangga.
“Umur 25 aku udah kerja, punya pasangan pasti, mapan, bisa membangun kehidupan sesuai gambaran. “
Saat sudah menjalani usia 25, sebuah kesadaran akan menghampirimu. Hidup ternyata tidak semulus bayangan masa mudamu. Kamu masih harus berjuang di tempat kerja, terseok-seok menyelesaikan studi, berusaha jadi anak yang bisa membahagiakan kedua orang tua. Usia yang sudah seperempat abad tidak berarti apa-apa. Kamu masih tetap harus berupaya sekuat tenaga demi menjadi versi baik dari seorang manusia.
2. Tidak Banyak Orang Bicara Tentang Kegamangan Hidup Mereka: Sulitnya Cari Kerja, Bingung Mau Membawa Hidup Ke Arah Mana
Tidak ada yang bercerita soal susahnya mencari kerja via www.theargus.co.uk
Nyatanya, banyak yang sempat terkena krisis hidup di usia ini. Pongah mendaftar hanya di pekerjaan yang disuka, tapi ternyata tidak diterima. Kemudian sibuk melamar di mana saja, kemudian terjebak dalam pekerjaan yang bertentangan dengan gambaran masa depan. Galau, bingung, sampai merasa takut tidak punya masa depan amat sering datang melanda. Ternyata menjadi 25 tidak sesederhana yang kamu kira ‘kan?
3. Kamu Pikir Pendidikan Tinggi Menyelamatkan Karirmu? Tidak. Semua Pencapaian Kembali Pada Usahamu
Pendidikan tinggi tidak serta merta menyelamatkan via dev.ktph.theadventus.com
Gelar pendidikan tinggi yang kamu dapatkan dengan susah payah memang bisa mengantarkanmu ke pintu gerbang kesuksesan. Tapi pencapaian selanjutnya bergantung pada seberapa tinggi kamu mau menyingsingkan lengan demi bekerja keras. Di usia ini kamu akan sadar bahwa kepintaran dan nilai bagus bukanlah segalanya. Kegigihan dan kemauan untuk terus berjuang adalah kunci utama yang bisa menentukan kesuksesanmu nantinya.
4. Bersiaplah Ternganga Melihat Temanmu yang Dulu Biasa Saja Justru Melesat Lebih Sukses Darimu
Teman yang dulu biasa saja bisa lebih sukses darimu via theresiaregina.wordpress.com
Tidak banyak orang mau bercerita bagaimana mereka dikejutkan oleh kenyataan hidup yang tidak disangka. Di umur 25-an, kenyataan-kenyataan hidup yang disodorkan di depan matamu mau tak mau membuatmu harus percaya. Bahwa pada hakikatnya semua manusia punya kesempatan untuk berhasil, selama mereka mau berusaha.
Bully, olokan, dan ejekan memang bukan hal yang penting dilakukan. Yang ada kamu justru bisa malu sendiri saat nanti teman yang kamu bully itu lebih berhasil dalam kehidupan.
5. Dulu Mereka Bilang, “Kejar passion-mu. Maka kamu tidak akan merasa bekerja seumur hidup.” Kenyataannya, Tidak Semudah Itu…..
Mengejar passion tidak sesederhana itu via www.bloomberg.com
Tapi, benarkah kamu tidak akan merasa bekerja jika menggeluti hal yang kamu cinta?
Kenyataannya (ternyata) tidak sesederhana itu. Pekerjaan tetap akan terasa sebagai sebuah pekerjaan. Kamu yang hobi musik dan memutuskan jadi seorang pemain band tetap merasa bosan saat harus tur keliling Indonesia berbulan-bulan. Kamu yang passion dan pekerjaannya berada di dunia fotografi juga tetap ingin cuti pun merasa jenuh.
Passion membuatmu bangun pagi dengan bahagia. Passion memang membuatmu punya alasan pergi bekerja dengan ikhlas. Namun selamanya sebuah pekerjaan tetaplah terasa seperti pekerjaan.
6. Tak Perlu Merasa Mengkhianati Diri Karena Merelakan Idealisme Demi Uang. Kamu Hanya Sedang Berjuang Demi Tetap Hidup
Kamu tidak harus menjelaskan idealisme pada siapapun via fannywa.wordpress.com
Seiring usiamu yang makin dewasa, kamu akan menyadari bahwa idealisme seharusnya membuatmu jadi manusia yang punya pegangan. Bukan menjadikanmu kehilangan kendali atas pemasukan, yang krusial bagi kelangsungan hidupmu di masa depan. Kamu akan dan harus mulai belajar untuk menyelaraskan antara idealisme dan fakta di lapangan.
Kamu yang merasa sosialis bisa saja tetap masuk ke korporasi liberal, just for the sake of money. Tidak ada yang salah dengan itu. Tak ada orang yang berhak menyalahkanmu. Kamu pun tak perlu repot menjelaskan, toh hanya kamu yang tahu bahwa idealisme akan tetap tertinggal di hatimu. Kini, kamu hanya sedang berjuang demi bertahan hidup.
7. Uang Memang Bukan Segalanya — Tapi Di Beberapa Kesempatan, Uang Bisa Jadi Sumber Masalah.
Uang memang bukan segalanya, tapi uang bisa jadi sumber masalah via syawal88.wordpress.com
Tapi walaupun uang bukan segalanya, di beberapa kesempatan uang bisa jadi sumber masalah. Hubunganmu dengan teman-teman bisa merenggang karena salah satu dari kalian merasa tak sesukses kawan-kawan lain sampai memilih menyingkir. Ikatanmu yang selama ini terus baik-baik saja dengan orang tua juga bisa meruncing saat mereka menganggap pekerjaanmu kurang memberikan jaminan finansial.
Ketika kamu mulai berkutat dengan gaji yang terbatas dan kebutuhan hidup yang makin meroket harganya, barulah kamu menyadari bahwa mau tak mau uang tetap penting dimiliki. Memang benar, uang bukanlah segalanya. Tapi hidup tanpa memiliki penghasilan yang pasti juga tak bisa membuat kebahagiaanmu pasti.
8. Kamu Akan Kehilangan Teman. Tapi Toh Hidup Terus Berjalan
Life goes on via tonisbalonis.com
Tidak banyak orang mau berbagi bahwa kehilangan pertemanan adalah sebuah hal yang wajar dalam perjalanan hidup. Tidak semua ikatan pertemanan bisa bertahan selamanya. Hidupmu bukan sebuah lapangan bola yang bisa menampung ratusan orang di saat bersamaan. Terkadang, beberapa orang memang harus pergi agar kawan-kawan sejati bisa masuk ke dalam hidupmu yang makin sempit ini.
9. Jarang yang Mau Mengaku Bahwa Mereka Menikah Karena Sudah Malas Mencari. Bukan Karena Merasa Sudah Saatnya Berhenti
Berhenti karena sudah malas mencari via www.rowellphoto.com
Jika sudah menemukan seseorang yang dirasa tepat mendampingi — dia yang bisa selalu ada dan diandalkan dalam naik dan turunnya hidup ini — kamu sudah enggan mencari lagi. Lebih baik berhenti sekarang, dibandingkan dia yang baik ini lepas dari genggaman.
10. Bagimu yang Baru Menyelesaikan Satu Episode Sakit Hati, Butuh Waktu Lama Untuk Memulai Lagi
Butuh waktu bagimu untuk memulai lagi setelah satu episode patah hati via siwonath.blogspot.com
Patah hati di usia ini bukan lagi perkara tidak punya teman nonton atau tidak punya teman SMS-an mesra. Kehilangan pasangan rasanya tidak jauh beda dari kehilangan sahabat seperjuangan, membuat limbung dan kehilangan pegangan. Butuh waktu sampai kamu bisa memulai lagi. Hatimu perlu jeda cukup lama sampai ia siap diisi kembali.
11. Pertimbanganmu Mencari Pasangan Pun Berganti. Bukan Lagi Soal Cantik Atau Tampan. Tapi Lebih Ke Perhitungan Rasional
Pertimbanganmu mencari pasangan berganti via siwonath.blogspot.com
- Apa pekerjaannya? Bisakah diajak membangun hidup bersama
- Bagaimana keluarganya, mampukah membaur dengan keluargamu?
- Dia bisa mengurus anak kecil atau tidak? Atau malah sangat egois?
- Perlukah kamu menyesuaikan diri terlalu banyak dengan lingkaran perkawanannya?
12. Bagi Beberapa Orang Umur 25 Berarti Siap Menikah. Bagi Sebagian Lainnya Umur Ini Hanya Pondasi Awal Untuk Lebih Siap Melangkah
Usia 25 ternyata bukan umur sakral via www.rosstaylor.net
Umur ini tidaklah sesakral bayanganmu beberapa tahun lalu jika dihubungkan dengan urusan cinta pun komitmen. Tidak ada yang perlu digadang-gadang secara berlebihan. Jalani saja sebaik yang kamu bisa, maka kamu akan tahu hasil akhir yang memang sudah tertakdirkan untukmu.
13. Merdeka Secara Finansial Bukan Berarti Kamu Bebas Menentukan Arah Hidupmu Sendiri
Merdeka secara finansial bukan berarti kamu bebas via trend-kid.com
Walau sudah lebih mandiri, bukan berarti kamu bebas dari tekanan orang-orang di sekeliling. Pertanyaan macam ini akan tetap menghampirimu,
“Kapan nikah?”Kebebasan itu tidak serta merta datang. Tuntutan dan kukungan justru makin sering datang dari orang-orang yang hanya mengetahuimu selewat kenal. Mengesalkan? Jelas. Tapi tak perlu dimasukkan ke hati, cukup hadapi saja dengan anggukan sopan dan sesungging senyuman ramah.
“Kapan punya anak?”
“Gak mau jadi PNS aja? Gak bosan kerja swasta?”
“Kok bajunya gitu? Gak terlalu terbuka tuh?”
14. Orang Tua Bisa Menjelma Jadi Musuh yang Paling Kamu Benci. Tapi Pada Mereka Kamu Tetap Ingin Membalas Budi
Orang tua bisa jadi kamu benci, tapi mereka juga bisa kamu cintai via www.rosstaylor.net
Namun pada sisi lain mata uang kamu kerap berseberangan dengan mereka. Kedua orang tua memintamu jadi PNS, sementara kamu sedang asyik menggeluti pekerjaanmu di advertising agency. Ayah dan ibumu menginginkanmu segera menikah, padahal kamu merasa baik-baik saja sendiri. Perbedaan yang kontras ini membuatmu sadar bahwa kamu dan orang tua memang dua entitas yang punya impian berbeda.
Kuncinya adalah bagaimana kamu bisa menyelaraskan pengejaran mimpimu dengan restu dari kedua orang tua. Demi mendapatkan keselarasan ini diperlukan kesabaran, kerja keras, dan kemauan mendengar yang tidak remeh.
15. Sedikit yang Mau Mengaku: Di Usia 25 Tanpa Sadar Kamu Belajar Menyembunyikan Lukamu
Kamu harus belajar menyembunyikan luka via keepo.me
Kebiasaan macam ini tidak bertahan lama. Seiring waktu, kamu sadar bahwa kamu berubah. Semua masalah kini lebih baik kamu simpan sendiri. Bercerita pada mereka yang paling dekat pun hanya 1-2 orang saja. Tidak semua sisi dari dirimu bisa dibagi pada dunia. Di usia ini, kamu belajar menyembunyikan luka. Belajar terlihat kuat dan baik-baik saja, padahal di dalam hati ada lubang menganga.
16. Belajar Menerima Kesalahan dan Memaafkan Diri Sendiri Jadi Perjuangan Terberat Di Usia Ini
Proses tersulit adalah memaafkan diri sendiri via jacksqap.tumblr.com
Proses berubah ternyata tidak sesulit menerima kesalahanmu yang telah lalu. Dalam usia ini, perjuangan terberat ternyata datang dari usaha memaafkan diri sendiri. Akan ada titik di mana kamu merasa benci pada diri sendiri, mengutuk kebodohan yang sudah kamu lakukan selama ini, terus-terusan menyalahkan diri sendiri.
Butuh proses panjang hingga titik iklas dan menerima bisa teraih dalam genggaman. Butuh keberanian dan kebesaran hati demi memaafkan kebrengsekanmu yang sudah lewat. Namun ketika ini berhasil dilakukan, penghargaan dan rasa cinta pada diri sendiri akan makin kamu rasakan.
17. Saat Tidak Semua Rencana Bisa Berjalan dan Tak Semua Pencapaian Bisa Teraih Tangan — Menjalani Apa yang Ada Jadi Satu-Satunya Pilihan
Kadang kamu hanya harus terus berjalan via zardmaster.tumblr.com
Ternyata 25 bukanlah umur ajaib yang jadi penanda tercapainya segala keinginan. Kamu masih tetap harus berjuang. Kamu masih tetap perlu berdoa kuat-kuat supaya impian terasa makin dekat. Menjadi 25 adalah proses tumbuh sebagai manusia dewasa. Seseorang yang dengan besar hati bisa terus melanjutkan perjuangan — walau tidak semua hal yang diinginkan bisa didapatkan dengan mudah.
Sebab kadang, terus berjalan jauh lebih baik daripada menyerah pada keadaaan.
Selamat berproses menjadi 25 bagimu yang sedang menuju ke sana. Selamat menjalani 25 tahun sebaik mungkin untukmu yang sedang berada di usia ini. Menjadi 25 ternyata tidak sesederhana yang kamu kira ‘kan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar mu sangat berarti :