Indah

Memulai cerita hari ini dengan sebuah kata terindah. "Perjuangan"

Selasa, 13 Oktober 2015

Bumi

Cerita renyah antara Langit, Bumi, Angin dan Mataharinya

Tak terbantahkan bahwa saat ini langit memukul keras bumi karena mengutuk. Dan angin menjadi saksi lalu diam karena alasan apatis. Kesendirianku tetap memelukmu dari jauh dan rinduku adalah angin itu. *diam. dari bumi yang masih galau dengan isi hatinya yang porak poranda,

Tak memiliki pilihan untuk bumi berporos dan berevolusi semakin ganas. Hati liar tak waras. kejadian demi kejadian membuat arti pada setiap apa yang dilakukan menjadi usang.

Langit semakin berontak berbisik bisik keras, memekakkan telinga hingga raga dibuat rontah tak berdaya. mataharipun semakin dijauhinya, gelaplah duniaku saat ini. menapak saja rasanya kakiku remah. tangan bergonjang ganjing meraba raba tak berkutik lalu bumi tertunduk. memelas merintih sedih. lalu angin itu semakin terasa menggerayang sukma, memekakkan aliran aliran sungai hingga deras dan bah dimana mana lalu runyamlah isi perutku karena angin itu. angin memang tak berbentuk tapi menusuk menohak rongga hingga hati dibuatnya terbelah segitiga.


Engkaulah Matahariku yang tersenyum malu. namun langit masih menyembunyikanmu untuk menampakkan senyum indahmu dari ku yang masih terbiasa dengan kegelapan. namun angin ini terasa membunuhku karena hembusannya mengarah pada arah kemunculanmu. Haruskah aku menunggu pagi yang kejam itu???

Pukulan demi pukulan dari langit, itu isyarat dari bencana demi bencana yang terjadi dibumi di malam hari. Hingga aku tak memiliki waktu untuk menantimu matahariku. karena bumiku kini porak poranda dan langitku menyuruhku untuk berbenah atas itu. setidaknya terima kasih atas hembusan angin yang kau kirimkan diantara lelahku. meskipun kadang terasa sesak, namun itu aku artikan sebagai sabda sabda atas kerinduanmu. Langitku adalah Tuhan bagi Bumi ku.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar mu sangat berarti :