Indah

Memulai cerita hari ini dengan sebuah kata terindah. "Perjuangan"

Kamis, 18 April 2013

Anak Nongkrong

Melihat Dunia dg Cara Beda

Cerita nyata saya kali ini akan menggali insipirasi kita dalam memandang sebua kehidupan. Betapa indahnya tuhan menulis beribu-ribu cerita untuk beribu-ribu manusia, dan tak ada yang sama. Ada bahagia, sedih, suka, dan duka. Tapi percayalah kalau cerita itu dibuat untuk peran yang tepat. Bahwa kita aktor terhebat yang pernah menjalani cerita hidup diri kita sendiri. Kita sudah membuat Tuhan sebagai sutradara bangga sudah mengikuti alur ceritaNya. Tinggal tergantung kita memandangnya dengan cara seperti apa?

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Budaya nongkrong saya rasa sudah menjadi budaya yang sangat lazim di Indonesia. Hanya untuk sekedar menghabiskan waktu untuk menghilangkan kejenuhan dengan rutinitas keseharian atau malah berkumpul bercanda ria dengan teman-teman. Apalagi jogjakarta. Kota yang isinya mayoritas pelajar dan mahasiswa yang sebagian besar pendatang dari luar kota. Kalau saya biasanya menghabiskan waktu nongkrong lebih kepada menghilangkan kejenuhan dan curhat sama temen tentang kegalauan remaja. Kan saya masih remaja. Wkwkwkwk. Tempat nongkrong banyak sekali pilihannya di jogjakarta. Mau di tempat makan, jembatan, rel kereta api, atau di pinggir jalan. Tinggal dipilih. Ini lah dia kenapa jogja dikenal bukan hanya sekedar kota pelajar, budaya, sejarah, pariwisata. Tapi kota nongkrong. Kalau saya lagi pengen sendiri, biasanya saya nongkrong di pinggir jalan atau di jembatan atau di loteng. Tapi kalau emang jenuh dan pengen kumpul dengan temen-temen. Yah aku pilih tempat makan yang biasanya dijadikan tempat nongkrong. Ada satu tempat nongkrong menjadi tempat favoritku kalau lagi pengen sendiri. KM.O Malioboro. Tempat keramaian ini aku suka karena dengan kejenuhan kita, kita bisa melihat tingkah polah berbagai karakter manusia yang hilir mudik disana. Ada yang berekspresi senang, sedih, kebingungan bahkan yang sama denganku. GALAU. Disini juga hiburannya banyak. Pengamen 'lady boy' juga banyak, kadang mereka jauh lebih asyik menghibur dari pada kawan kita sendiri yang sudah kita kenal lama. Sampe-sampe pengamennya kenal denganku.

Sudah sangat lama aku nongkrong di KM.0, saya sudah merasa mendapatkan banyak pelajaran tentang kehidupan dan bagaimana caranya memuaskan diri dengan cara yang murah. Hingga suatu ketika ada seorang bapak-bapak yang menghampiriku. Bapak ini sepertinya seorang pedagang rokok keliling. Namanya pak ujang. "Mas, kayaknya sering nongkrong sendirian disini". Akhirnya aku banyak berbincang dengan pak ujang yang lebih memilih untuk istirahat keliling jual rokok dan kopi siap seduh. Awalnya aku takut didekati degan orang yang gak aku kenal. Tapi lama kelamaan aku mengenal pak Ujang orang yang ramah. Bahkan lewat nongkrong itu aku bisa kenal tentang cerita kehidupan yang gak pernah aku tau sebelumnya. Pak ujang bercerita tentang seluk beluk kehidupannya yang bisa buat jadi pelajaran aku dalam menjalani hidup. Pak ujang punya keluarga di solo, istri dan 1 orang anak. Tapi pak ujang lebih memilih untuk tinggal di bawah kolong jembatan di stasiun lempuyangan selama ini untuk mencari nafkah. Meskipun solo terhitung dekat. Tidak dengan pak ujang. Pak ujang tak mau pulang kalau dia tak membawa uang untuk istrinya. Pendapatan dalam menjual rokok dan kopi ternyata lumayan besar. "Untuk ongkos kesolo juga kan perlu uang mas, jadi lebih baik di hemat. jarang pulang, sekali pulang bawa uang banyak. Biar istri lebih ikhlas melayani saya klo malem-malem". Jawab pak ujang sambil bercanda. Bahkan pak ujang tak lupa berkeluh kesah tentang pendidikan di Indonesia yang menurutnya cukup mahal. "Sekolahnya emang gratis mas, tapi kita harus beli buku dan seragam dan lain-lain mas, apalagi anak saya kemarin ditolak sekolahan karena biayanya gak cukup untuk beli bangku. Kita itu harus rebutan bangku mas dengan murid lain. Karena kuota murid di solo tempat saya terbatas mas". Tidak usah berkomentar tentang ini. Pendidikan kita memang sangat memprihatinkan. "Tapi untung saya punya istri yang sangat pengertian dengan saya mas. Dia setia dengan saya. dia bisa mengerti tentang kondisi ekonomi kami dan tidak banyak menuntut. Semua hidup kami yah cuma untuk anak mas". Saya jadi inget kedua orang tua saya, bagaimana mereka merawat saya dari kecil. Inilah terkadang yang membuat saya menyesal telah banyak menuntut dengan orang tua. Saya membayangkan betapa durhakanya saya dengan orang tua dari saya kecil. Saya rasa semua orang tua akan berfikiran sama dengan pak Ujang. Tapi kadang kita sebagai seorang anak yang kadang tak mengerti dengan gaya berpikir orang tua yang sebenernya sudah berjuang habis-habisan untuk kita. Semoga saya juga memiliki istri dengan karakter yang seperti pak Ujang bilang tentang istrinya. "Waktu istri saya melahirkan anak saya itu mas, ketika saya bawa ke rumah sakit swasta di dekat rumah saya, karena RS pemertintah dan puskesmas sangat jauh. Dokter bilang istri saya harus di operasi dan tidak bisa melahirkan normal dengan biaya 8 juta rupiah. Karena terkendala dana mas, jadi saya bawa istri saya ke tempat yang lebih jauh di RS pemerintah karena mungkin akan jauh lebih murah. Ketika tiba di RS pemerintah dengan kondisi istri saya yang mengkhawatirkan yang membuat saya cemas dan takut. Dokter bilang kalau istri saya bisa melahirkan normal mas. Itulah mas, Tuhan memang masih menyayangi saya mas. Akhirnya anak saya bisa lahir dengan selamat. Suster pernah bilang ke saya, kalo kadang memang RS swasta itu pengennya di operasi dari pada lahir normal karena duitnya lebih besar. dan dokternya dibayar lebih mahal. Tapi kan aneh mas, kenapa kok dokter RS Swasta itu bersikap seperti itu padahal dokternya tau saya orang susah". Saya juga gak mau mengomentari masalah ini. beginilah pelayanan pendidikan dan kesehatan di Negara kita. Pak Ujang juga memberikan saya nasihat dan petuahnya dalam menjalani kehidupan. Dan saya sangat menerimanya dengan baik. Karena pak Ujang sudah bercerita, bergantian saya yang memperkenalkan diri saya. Dan sedkit banyak saya menjelaskan tentang siapa saya dan sedikit curhat tentang masalah saya. masalah kuliah tentunya. Meskipun pak Ujang tidak pernah mengecap bangku SMA. Tapi nasihatnya seperti dia sudah pernah kuliah S3. dia seakan mengerti tentang bagaimana susahnya kuliah. "Tenang aja mas, semua diserahkan ke Tuhan, gak ada suatu hal yang mudah mas untuk mendapatkan sesuatu yang menyenangkan. Tuhan tau mas orang yang tepat untuk menerima cobaan ini, karena mas dipilih, mas itu sudah Pilihan Tuhan". Karena pertemuan pertama itu, dimalam-malam berikutnya aku sering bertemu dengan pak Ujang untuk menceritakan kejadian lainnya. Saya sudah punya teman baru. pak Ujang. Bahkan saya sering di kasih kopi gratis.

Pertemuan saya dengan pak Ujang berlanjut dan semakin jarang karena pak Ujang memang lebih jarang istirahat dan terus menjual rokok dan kopi keliling sampai larut malam. Kalau benar-benar capek baru mengobrol dengan saya. Suatu malam selain aku bertemu dengan pak Ujang. Tiba-tiba ada seorang bapak yang mengeluh duduk disebelah tempat dudukku, Bapak ini seperti habis menarik becak dan sangat kelelahan. "Huh, payah, hari ini sepi". Keluhnya. Saya menggeser posisi duduk saya untuk memberikan keluasan bapak tukang becak ini beristirahat. "Ini padahal orangnya rame yah mas, tapi gak ada yang mau naek becak". "Mungkin disana ada delman pak, banyak orang liburan dari luar kota belum pernah naik delman pak". Bapaknya tersenyum halus. "Sendirian saja mas?". "Iya pak". "Masnya kuliah disini atau liburan". "Saya kuliah pak". Akhirnya bapaknya menceritakan tentang keluarga dan anaknya yang juga kuliah. "Anak saya juga kuliah mas, sekarang S2 di malaysia. dan anak saya yang kedua di UI. kalau yang ketiga sudah kerja dan gak mau kuliah di Malaysia mas,..........". Bapak berpipi tirus ini terus menceritakan tentang keluarganya, dan aku bertanya sedikit heran. "Enak dong pak, anaknya semua sudah bisa cari duit, bahkan ada yg jadi dosen di Malaysia sambil kuliah. Jadi bapak seharusnya gak usah repot-repot narik becak begini pak, mending istirahat dirumah". "Saya ini narik becak karena hobi mas, sebelum anak saya pada sukses juga mereka saya kasih nafkah dari becak ini mas. Jadi saya gak mau lupa dengan becak ini. Saya juga gak pernah bergantung dengan anak saya mas, Lahan tani saya juga luas. Jadi saya bisa hidup cukup dari sana. Anak saya biar mencukupi kehidupannya saja. Apalagi ada yang sudah berkeluarga, kasihan mas kalau mereka di ganggu. Saya bosan mas, berdiam diri dirumah, Toh saya juga masih kuat untuk narik becak. Disini saya bisa berkumpul dengan teman-teman saya, ngobrol, bercanda dan yah kayak kita masih muda dulu mas. Dari pada jenuh dirumah". "Saya malah selama di jogja belum pernah pak naik becak, saya itu kalo naek becak malu pak, apalagi kalo tukang becaknya sudah tua". "Masa belum pernah naik becak mas? ayok bapak anter keliling-keliling malioboro sini naek becak bapak". Sudah 1 jam aku mengobrol, akhirnya bapak asep ini menawari aku naik becaknya. Awalnya aku menolak. Tapi bapak ini malah memaksa karena merasa tertantang ketika aku bilang 'tukang becak sudah tua=kasihan'. Aku naek becak yang tentunya gratis keliling-keliling jogja dengan pak Asep. Bahkan pak Asep mengajak ketempat-tempat yang sebelumnya belum pernah aku tau. Pengalaman yang luar biasa. Saya mampir ke toko baju kaos. Saya membeli kaos dagadu, karena saya pengen punya baju kaos khas jogja. Bapaknya setia menunggu saya di luar toko selama setengah jam sambil mengobrol dengan tukang becak lain. Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam, pak asep ingin pulang dan aku diantar di tempat aku nongkrong. KM.0. Mulutku pegal karena selama di becak aku mengobrol banyak hal dengan pak asep tentang apapun. Bapak ini banyak bicara dan suka bercanda, Jadi aku lebih banyak terhibur di dalam becak. Ketika turun dari becak, aku mengucapkan terima kasih dan menyerahkan bungkusan untuk pak asep berisi kaos dagadu. "Pak ini kenang-kenangan dari saya, makasih ya pak sudah mengantar saya keliling jogja dari jam 7 sampe jam 12 begini". Pak asep pulang dan meninggalkan begitu banyak pengalaman padaku. Pak asep seperti meninggalkan jejak kehidupan di masa depanku. Terima kasih pak Asep. Dan semenjak itu, malam-malam esoknya aku tidak pernah lagi ketemu pak Asep sampai detik ini. Mungkin tempat mangkal becak pak asep sudah pindah di tempat lain. Atau entahlah alasannya apa. Aku hanya bisa bertemu pak asep satu kali dalam hidupku.

Dimalam-malam yang lain aku melihat seorang pengamen 'lady boy' asyik bergoyang dengan segerombolan remaja muda dan saling berjoget di KM.0. Saya rasa mereka sama-sama menikmati musiknya. Sampai habis 3 lagu hanya untuk satu gerombolan. Biasanya satu gerombolan ketika dikasih uang langsung pergi. Mereka berjoget ria dan mencuri perhatian banyak orang. Dan salut untuk remaja-remaja itu yang menghargai pengamen banci-banci dan tak takut pada mereka. "Pak ujang coba liat mereka, pengamen itu merasa senang karena diterima oleh gerombolan remaja itu, dan remaja itu juga senang karena mereka mungkin di kota asalnya tak pernah menemukan pengamen seperti itu. Nama pengamen itu Linda kan pak?". "Iya, dia dulu bekas preman loh mas, preman yang suka minta-minta uang toko-toko sini. Tapi sekarang sudah gak lagi, malah lebih milih jadi pengamen". Saya kenal nama pengamen disini karena sudah hampir setiap hari kesini. Akhirnya linda menuju kursi tempatku duduk. "Hei mas, hei pak ujang, bagi rokok dong, satu lagu yah". Karena saya dan pak ujang sudah bosan mendengar linda nyanyi. jadi pak ujang men stop. "Udah gak usah nyanyi, ni rokok. Kapan ada waktu ngobrol, mas nya yang ganteng (menunjuk kearahku) ini mau kenalan dengan kamu Lin". "Oh yah, (Linda menoel pipi saya) mas ganteng ini bisa aja. Linda kerja dulu dong mas, pak ujang, nanti malam yah, kalo udah sepi. Linda biasa istirahat di depan KONI situ pak. Linda kerja dulu yah". Aku tertawa lepas ketika Linda pergi meninggalkan kami dan sedikit kesal dengan Pak ujang yang sudah mengerjai ku dengan Linda. Jam 12 tiba, karena sangat kebelet pipis dan tidak ada toilet yang buka karena sudah malam. Aku megambil langkah berjalan kaki yang diantar pak Ujang ke Masjid keraton. Satu-satunya tolitet 24 jam. Ketika ditengah perjalanan kami melewati KONI dan melihat Linda dan pengamen 'lady boy' lain sedang beristirahat. Linda berteriak kearahku yang diseberang jalan "Hei, mas, pak ujang". Linda menghampiriku yang sedang menahan buang air kecil, "Katanya mau ngobrol, Linda nunggu ni". "Nanti Lin, pak ujang mau anter masnya kebelet pipis dulu yah". Aku kaget ternyata Linda menanggapi serius ajakan dari pak ujang. Aku kira bercanda. Aku langsung menuju toilet dan kembali menemui Linda yang sekarang sendiri. Kami duduk-duduk di angkringan depan KONI bersama pak Ujang dan Linda. Aku memesan Susu panas, Linda Mie rebus dan Pak ujang sedang mengunyah gorengan. Kami berbasa basi ngobrol dengan linda malam itu. Aku lebih milih banyak diam. pertama karena aku baru kenal dan merasa asing, kedua aku takut dengan status 'lady boy' Linda. Tapi yang buat aku heran, gaya bicara Linda sangat berbeda dengan ketika dia mengamen. Dengan suara khas lelaki dewasa yang Macho. Suaraku saja kalah macho dengan Linda. "Kerja begini yah mas, kalo buat saya, cuma untuk cari uang aja, sama kayak pak ujang, Cuma caranya aja yang berbeda, kalo pak ujang nyaman dengan jadi jual kelontong, kalo linda kan suaranya bagus, Enak jadi pengamen". Bagus darimana? dari hongkong?. "Kalo ngamen yah kenapa harus jadi banci to Lin". Pak Ujang nyeletuk. "Kalo jadi banci ini karena nyaman. Kalo bisa maen gitar, Linda pengen jadi penyanyi cowok biasa. Lagi pula pengaruh temen-temen. Sudah terlanjur pasang silikon payudara pak ujang, Liat payudara Linda, seksi kan? (menunjukkan payudaranya)". Aku bertanya "Katanya mas dulu preman yah mas, tapi kok jadi frontal begini?". "Kalau itu ceritanya panjang mas, dulu aku sama preman-preman sini kerjaannya mintain uang keamanan pedagang malioboro sini, tapi sekarang sudah aman. Sudah ada petugasnya khusus. Sekarang cuma tinggal tato premannya aja (menunjuk bahunya) Linda pernah jadi tukang parkir, tapi juga gak lama. Karena ngerasa gak kecukupan, Istri Linda dulu menceraikan Linda, dia kabur sama cowok yang lebih kaya mungkin. Jadi Linda stress, sudah hidup sebatang kara dijogja, ditinggal pula dengan istri dan anak Linda. sekarang gak tau dimana, udah 3 tahun. Disaat linda pada masa-masa kehancuran. Teman-teman pada ninggalin Linda semua. Jadi kerjaan linda kesehariannya dari belas kasihan orang aja. nongkrong tiap malam disini, makan minta, minum minta, tinggal numpang. Yah begitu lah. Akhirnya Linda suka becandain banci-banci pengamen sini sampe akhirnya Linda deket dengan mereka. Linda ngerasa persaudaraan mereka lebih dekat. Mereka menganggap Linda keluarganya. Jadi Linda nyaman bergaul dengan mereka, sampe akhirnya Linda jadi begini. Disini lah Linda mencari nafkah dan sampe punya tempat tinggal dan saudara baru". "Trus linda sekarang suka laki atau perempuan?" Aku bertanya terlalu berani. "Kalau masalah itu, mana aja boleh. Hahaha, karena kebiasaan mas, Melalui teman-teman lady boy linda. linda dikenalkan dengan Om-Om nakal yang doyan sama waria. Uangnya lumayan gede. Linda tinggal nungging (?) aja dapet uang banyak. Jadi Linda bisa hidup. Tapi Linda juga masih punya perasaan dengan Cewek. ACDC lah. hahaha. Linda biasa mangkal disana itu loh. tapi sekarang sudah sepi. Banyak orang baru". Ternyata begitulah kehidupan kejam dunia yang harus mau tidak mau kita lihat. Hidup ternyata tidak punya beribu-ribu jalur yang lurus, tapi juga beratus-ratus jalur bengkok yang bercabang. Linda dan kawan-kawan disegani di KM.0, jadi meskipuin dia banci. Saya meraa terlindungi. Semua preman disana yang ingin mengganggu saya, malah tidak jadi karena menghargai Linda. Malam itu aku sudah mencipakan cerita baru dalam tidurku malam ini. Tentang kehidupan yang tidak bisa ditulis dengan huruf A,B, C, D, E dan seterusnya. Tapi terselip simbol-simbol kehidupan yang sulit untuk terbaca. Dan hanya orang yang tau bagaimana arah dan tujuan hidupnya yang memiliki sandi untuk tau bagaimana membacanya. Hingga membentuk sebuah kalimat indah yang membawa kita tenang pada akhir kehidupan.

Pada suatu malam selanjutnya, saya bosan kalau hanya nongkrong di satu tempat itu-itu saja. Saya melihat ada toko lapak koran dan majalah bekas di depan KONI yang dekat dengan KM.0. saya memutuskan untuk mengisi malam itu dengan membaca koran dan majalah bekas di lapak tersebut. Dilapak ini ternyata cukup ramai, segerombolan pemuda berkumpul baik pendatang ataupun asli orang kampung sini, mereka juga menghabiskan malam ini dengan nongkrong bersama teman-teman dan saya sendirian. hahaha. saya memilih membaca majalah remaja . Sekali lagi karena saya masih remaja. Wkwkwkwk. sambil membaca saya diajak mengobrol dengan penjual lapak yang juga masih muda sekitar berumuran 25 tahun lah. "Sendirian aja mas. Asli mana?". "Saya asli jogoyudan mas, kalicode. Saya biasa nongkrong disana. Ini cuma mau ganti suasana saja". Aku berkenalan dengan teman baru yang bernama iwan. Dia menjaga lapak ini dari jam 7 malam hingga jam 7 pagi. 12 jam setiap harinya. Dari iwan aku mendapat pengalaman yang juga berharga, tentang hidupnya. Iwan ternyata memilih untuk kabur dari rumah demi tidak mau menyusahkan hidup orang tuanya yang sudah susah. "Saya kabur itu waktu SMP mas, sampe akhirnya saya di pungut dengan pemilik lapak ini dan saya kerja disini. Sampe detik ini kedua orang tua saya gak tau saya dimana, tapi saya sudah nyaman dengan hidup saya ini. Saya menikmatinya mas. daripada didesa menyusahkan orang tua saya. Lebih baik begini, nanti kalau saya sudah sukses saya baru pulang kekampung mas, saya punya adik banyak dan anak pertama, jadi beban saya beda mas dengan yang lain". Saya juga tidak ingin mencampuri atas keputusan iwan yang terlalu berani mengambil jalan hidup. Toh juga dia minimal bertanggung jawab atas pilihannya. Banyak orang didunia ini yang berani mengambil pilihan dalam hidup tapi tak memiliki tanggung jawabnya sama sekali. Salut untuk iwan. Tak lama kemudian datang seorang pemuda yang bertubuh kekar, tinggi besar yang sepertinya dia atlet angkat berat yang sering berlatih di KONI. Ia menghampiri kami. "Wan, ada majalah bokep baru gak" celetuk lelaki itu pada iwan. "Otakmu itu kotor, banyak merokok dan minum. Jadi isinya asep semua". Tiba-tiba dia menyalimi saya dan mengajak berkenalan. Ternyata benar kalau dia adalah atlet angkat besi di KONI yang sering mewakili jogja dalam perlombaan angkat besi. Orangnya asik, malam ini aku tak henti-hentinya bercanda dengan mas Doni dan iwan sampe larut malam. Malam berikutnya aku mengambil langkah untuk ketempat itu lagi. "Besok-besok kalo mau nongkrong disini aja mas, ngapain sendirian disana. Bisa sambil baca koran dan majalah yang kita suka" Mas doni menawariku. Malam selanjutnya dan seterusnya tempat nongkrongku tak lagi di KM.0 tapi di lapak koran dan majalah iwan bersama mas Doni. Mas Doni ternyata nongkrong hampir tiap malam disini. Seiring berjalannya waktu aku akrab dengan Doni dan Iwan. Bahkan Mas Doni sesekali mengajakku untuk fitnes di KONI bareng dengan teman-teman atlet lainnya. WOW. Mesipun alat-alat di KONI jauh lebih elit dan menyeramkan daripada tempat fitnes biasa. Jadi aku hanya sekali saja kesana. Bukan untuk kelasku. Karena saking dekatnya, mas doni sering mengajakku kekosnya ketika kami pulang nongkrong jam 3 atau 4 subuh, akhirnya aku, mas doni dan iwan jadi dekat dan sering main bareng. Aku lebih sering maen dg mas doni karena Iwan harus jaga lapak. Mas Doni bercerita tentang hidupnya "Saya jadi atlet ini terjebak awalnya. Saya dulu lulusan SMK teknik mesin. Karena saya bingung mau kuliah dimana, akhirnya aku lebih memilih untuk ikut kakak ke jogja. merantau dan kuliah. Minimal orang tua di kampung taunya kalau saya kuliah. Tapi saya dan kakak disini gak kuliah, karena kami sadar keuangan keluarga kami. Saya juga bingung dengan kakak saya bagaimana dia bisa bertahan hidup dijogja tanpa bantuan orang tuaku sama sekai. Saya masih polos saat itu sampai saya tau kalau kakak saya ternyata menjadi GIGOLO disini. di jogja. Awalnya kakak saya saja yang jadi gigolo. Karena saya terarik, kerjanya enak dapet uang banyak, Jadi saya ikutan kakak saya untuk jadi gigolo. baik itu gigolo untuk laki- laki dan juga perempuan. Saya menjadi kaya mendadak karena pekerjaan ini. Bahkan saya pernah menjadi simpenannya ibu-ibu dari istri anggota DPR yang haus akan kepuasan. Banyak artis-artis nasional, baik yang gay atau wanita normal yang pernah tidur dengan saya. Sampai detik ini kalau mereka mau liburan ke jogja, pasti calling saya ke hotel tempat mereka menginap". "Mas kan tidur dengan artis cantik dan ganteng. Apa gak ada rasa cinta?". "Profesionalitas dek, mereka cuma butuh kepuasan saja, saya pun butuh uangnya saja. Jadi hal-hal begitu hanya untuk kepuasan dan profesionalitas, mereka juga tau kalau saya tidak berhubungan dengan mereka saja, yang saya pikirkan bagaimana saya bisa memuaskan mereka. Sampai pada akhirnya, sama seperti kamu, aku sering nongkrong di lapak ini dan kenalan dengan orang KONI, awalnya ikut latihan bareng, karena aku tertarik jadi aku ditawari jadi atlet. Tapi aku gak mau. lebih enak jadi gigolo, uangnya banyak". "Mas, biasa mangkal dimana?". "pusatnya mangkal gigolo jogja itu di depan Mall Malioboro, itu khusus kucing (gigolo laki-laki untuk laki-laki). Mereka mangkal disana. Itu kan sudah rahasia umum. Kalau butuh tinggal liat stok saja kucing yang berjejeran di depan Mall, kalau suka tinggal pilih, Atau biasanya di warung kopi. Kedai kopi d jogja itu biasanya untuk gigolo buat tante-tante. Transaksinya disana. Mereka mangkal jam 7 sampai jam 2 malam. Sampai dapet job. Kalau saya mah gak kayak mereka. Kampungan. Saya mah, by call, saya kan gigolo kelas atas yang terhormat, kamu jangan takut sama saya, saya begini cuma cari duit. Gak mungkin saya perkosa kamu disni. hahaha". Emang ada yah gigolo terhormat?. Aku membawa cemilan cerita indah malam itu. Dan aku langsung tertidur pulas di kos mas Doni. Paginya karena aku harus kuliah jam 9. Aku pulang dan menuju kampus. Keesokan harinya, malam tiba dan aku kembali menuju lapak koran dan nongkrong disana.

Malam itu nampak berbeda. Pertama, karena hatiku sedang benar-benar galau karena masalah skripsi, kedua kondisi KM.0 sangat ramai. Mungkin karena ini malam minggu. Tempat wisata kalau weekend ramai itu sudah wajar bukan? Aku nongkrog seperti biasa. Ditemani majalah, mas Doni dan Iwan. Tidak tau kenapa karena terlalu galau, aku ikut mabuk bersama segerombolan pemuda disana yang dikenalkan mas Doni pada ku. Mereka semua orangnya asik. Pemuda kampung sekitar sini. Siapa tau saja dengan mabuk malam ini aku bisa melepas stress skripsiku. Ketika mabuk ngomongku ngelantur. aku terus disuguhi minuman dengan pemuda-pemuda sekitar. "Mas-mas, kasih terus dia minum. Dia lagi stress sama pacarnya dan kuliahnya. Biar dia fly bareng kita". Aku bercerita tentang semua masalahku pada mereka. Dan mereka memberikan solusi yang menenangkanku. "Cowok itu menang milih mas, jadi jangan pernah takut. Kita ini kepala rumah tangga. Kalau ada masalah itu nikmatin aja masalahnya, bersyukur sama Tuhan kita sudah dikasih masalah, trus jalanin aja yang terbaik, Nanti solusinya akan keuar sendiri". banyak masuka dan saran pada malam itu yang sedikit menenangkanku. Aku mabuk dan ketika tersadar, aku sudah terbangun di atas kasur kos Mas Doni. Aku segera pulang dan malam esoknya aku kembali berkumpul bersama mereka. masih membawa kegalauanku tentang wanita dan skripsi dan keluarga tentunya. Tapi kali ini aku tidak mau mabuk, aku tidak mau mengulangi kesalahan untuk kedua kalinya. Aku tau kemarin aku salah. dan tak mau mengulanginya, walau bagaimanapun, mabuk dilarang dalam agamaku. Aku hanya berkumpul dengan para pemabuk. Menurutku mereka orangnya asik dan menyenangkan lebih dari apa yang kita pikirkan. mereka mabuk bukan karena mereka orang brengsek, tapi karena kebiasaan. Tapi sebenarnya mereka orang yang sangat baik. Bahkan sangat baik. "Kamu jangan berfikir aneh-aneh tentang orang-orang ini. Biar begini-begini mereka berbuat banyak utk jogja loh dek, mereka ini nongkrong tiap malem disini, bukan karena apa, mereka ini volunteer jogja. Persatuan volunter jogja. Mereka sukarela untuk berkumpul utk jaga-jaga keamanan disini, kalau terjadi bencana, kecelakaan atau keributan didaerah sini. mereka yang bertanggung jawab. Tanggung jawab mereka besar. mereka mabuk cuma untuk tidak ngantuk dan kebiasaan saja. Kemarin waktu ada bencana merapi, yang siap siaga sebagai relawan itu mereka. Kalau ada yang kecelakaan didaerah sini juga mereka yang membantu sampai selamat. makannya dari tadi mereka memegang HT (Handy Talky) karena agar mereka saling terhubung dengan lokasi lain dijogja. Sekali lagi mereka tidak digaji, mereka loyal untuk kota tercintanya dek. Jangan kamu pikir mereka ini pengangguran dan orang gak ada guna dan pekerjaan. Semua yang loyal ini orang penting. Mas Iqbal ini anggota partai PDIP loh, mas Agung, dia kerja di hotel, Mas Luki, dia dagang, Mas Tiur malah satpam bank. Dan lain-lain. Mereka kalau siang kerja, kalau malam berbakti untuk kotanya. Mas yang pakai kursi roda itu, yang kemarin menasihati kamu, dia itu atlet paraolympic lari jarak jauh loh. Meskioun kakinya harus diamputasi, Tapi dia berguna buat negara. Jadi kita tidak boleh memandang sebelah mata untuk orang-orang sepert ini. Inilah fungsinya kita nongkrong, kita bisa melihat hidup dek, Melihat hidup dengan cara yang beda". Sejak malam itu, aku kenal dengan semua orang dengan latar belakang yang berbeda, Meskipun mereka memiliki kebiasaan yang berterbalik dengan saya, tapi setidaknya saya mengambil pelajaran hidup yang sangat banyak pada mereka. Pelajaran hidup yang tidak pernah aku dapat dari bangku kuliah dan teori yang diajarkan di kampus.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Itulah pengalamanku tentang nongkrong. Di luar negeri, Indonesia terkenal sekali dengan negara yang pemudanya sering membuang waktu sia-sia karena nongkrong. Kalau menurut saya tidak. Nongkrong itu tidak sia-sia, sekali lagi kalau kita punya maksud dan tujuannya. Justru kita akan menemukan banyak pengalaman banyak dari sekedar berdiam diri nongkrong didepan TV. kita sedang bereksplorasi dalam alur hidup. menemukan titik cerita kehidupan yang tidak pernah ditemukan orang yang hanya diam. Menemukan hidup itu bukan berarti kita berjalan lurus, tegak mengangkat kepala dan memasang wajah tegas dan berani. Tapi menemukan hidup itu kita perlu tersesat dan megukir perjalanan panjang dalam ke tersesatan. Hingga menemui akhir hidup yang sama dengan orang yang berjalan tegak dan lurus. Tapi kita membawa cerita yang berbeda. Karena kita berkelok dan pernah tersesat dan menemukan cerita. Cerita saat kita tersesat dan Pandanglah hidup dengan cara yang berbeda kawan. Manusia terlalu sempurna untuk menjadi hidup yang biasa-biasa saja. Silahkan komentarnya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar mu sangat berarti :