Indah

Memulai cerita hari ini dengan sebuah kata terindah. "Perjuangan"

Selasa, 23 April 2013

Beda Agama

Kenapa Beda jadi Beda

 Kisah ini saya buat untuk menginspriasi kawan-kawan tentang bagaimana dahsyatnya kekuatan cinta yang melewati batas-batas keyakinan. Cinta seakan bisa menerjang semua ketakutan-ketakutan, cinta seakan sudah memberikan jawaban ketika pertanyaan belum sempat dibuat. Yang jelas, bagaimana komitmen dan bertanggung jawab atas pilihan itu menjadi penting kawan dalam mempertahankan cinta. Agar kalian bisa merasakan kedahsyatannya. Cinta itu bukan tawar menawar, tapi cinta punya harga untuk dibayar. Membuat dan mempertahankan sebuah komitmen dalam cinta merupakan harga terbesar untuk mendapatkan maknanya.

Semua manusia itu sudah dari dulu memang diciptakan berbeda. Dari hal yang paling sederhana seperti jenis kelamin, status sosial, tingkat sosial dan segala hal memang sudah diciptakan berbeda. sebenernya yang menjadi itu problem bukan bagaimana perbedaan itu diciptakan. Tapi bagaimana kita terlihat sama meski perbedaan itu terlihat nyata. Kalau sebuah perbedaan dilihat dengan cara yang berbeda-beda, malah nanti perbedaan itu akan terlihat semakin berbeda dan semakin sulit untuk disamakan. Tapi kalau perebedaan itu dilihat dengan menggunakan kacamata yang sama. Perbedaan itu akan menjadi sama. Jadi beda itu tak harus terlihat beda. Pilihan untuk menjadi berbeda adalah pilihan untuk mencari sebuah kesamaan dengan cara yang tidak sama. Sama halnya dengan perbedaan dalam menganut keyakinan. Ada berapa banyak agama dan keyakinan yang ada dunia? bahkan semakin tahun dan zaman semakin ada saja terciptanya agama baru di dunia ini, Semakin membuat kita berwarna dan memberikan pilihan dalam menganut akan keyakinan dalam tujuan hidup. Saya sendiri memiliki keyakinan kalau agama islam adalah agama yang terbaik. Tetapi saya tidak pernah memaksa dan ngotot kepada kalian yang beragama beda jikalau agama saya jauh lebih baik dari agama yang kalian anut. Karena dalam agama saya menganut istilah agamaku adalah agamaku dan agamamu adalah agamamu. Dari pada saya sibuk memikirkan agama lain yang tidak sama dengan agama saya. Lebih baik saya lebih memfokuskan diri utk lebih meyakinkan diri untuk agama saya dengan iman dan taqwa. itu jauh lebih bijak saya rasa. Di Indonesia saja ada 6 agama yang disah kan yaitu Islam, Kristen, Katholik, Budha, Kong Hu Chu, dan Hindu. Setiap ajaran masing-masing pasti memiliki keyakinan yang terkadang tidak masuk akal. Tapi karena keyakinan kita yang besar lah yang membuat kita semakin percaya bahwa agama yang kita anut adalah agama yang terbaik. Umat agama terbaik adalah bukan umat islam, umat kristern, umat katholik, umat budha, umat kong hu chu, umat hindu. Tapi umat yang bertanggung jawab pada pilihan keyakinannya.

Sama seperti pasangan suami istri ini. Mereka merupakan tetangga saya di Lampung. Nampaknya mereka sedikit keliru dalam menilai sebuah perbedaan dalam ber agama. Hampir setiap malam saya hampir bosan mendengar mereka bertengkar. Suara mereka yang saling membentak, bahkan suara barang pecah belah yang tertumbur tembok rumah juga menciptakan suara yang keras. Mereka gak tanggung-tanggung bertengkar setiap malam. Apakah pak RT tidak bertindak. Sudah,. Tapi mungkin karena masalah yang ada dalam kasus rumah tangga mereka sudah tidak bisa diselesaikan akhirnya mereka menikmatinya dengan cara terus menerus bertengkar setiap harinya. Masalah yang ada setiap hari pun nampaknya berbeda-beda. dan saya mendengar dari perkataan mereka yang sering mereka ucapkan. Tapi masalah mendasar sebenarnya terletak pada perbedaan yang mereka anut. Suami menganut Hindu dan si wanita menganut Kristen. Harusnya saya tidak mengerti sebab musabab perkelahian mereka. Tapi saya mendengar dari perkataan mereka tiap malam sambil berteriak yang disisipi dengan kata-kata hewan buas di kebun binatang. Jadi topik intinya adalah perbedaan agama yang mereka anut. "Mana janjimu dulu, katanya kamu mau pindah ke agamaku. Mana? semua itu cuma janji kan? keluargamu itu selalu aja menyindir-nyindir tentang ajaran agamaku. Semua yang aku kerjakan menurut mereka aneh. Kamu nyadar gak sikap kamu itu beda sekarang?". Si istri terus berteriak marah. awalnya si suami hanya diam tak meladeni. Tapi karena geram dengan omongan istrinya yang melantur. " Kamu pikir pindah agama itu suatu hal yang mudah. Aku ini penganut hindu. Keluargaku itu keluarga yang taat. Dalam agamaku, menikah dengan agama lain saja itu sudah dosa besar. Harusnya kamu merasa bersyukur sudah aku nikahi dan diterima dengan keluargaku". "Aku mau menikah dengan kamu karena awalnya kamu bilang mau pindah agama demi cinta kita. demi aku. Kalau tau begini lebih baik kita tidak usah menikah dulu". Suami menampar istri. Kejadian itu berlanjut hingga jam 2 pagi.

Mereka padahal pasangan yang sudah cukup lama menikah. 5 tahun. di awal pernikahan mereka nampaknya baik-baik saja. seperti tidak ada masalah apa-apa. Setidaknya dulu mereka orang yang berkecukupan dan serba mewah. Setahun terakhir suami mengalami kebangkrutan dan diawali itulah keluarga mereka sering sekali bertengkar. saya tidak mau ikut campur sebenarnya. Tapi apa mungkin sebeneranya masalah rumah tangga mereka terjadi karena faktor ekonomi. Tapi kenapa selalu menjadikan masalah agama untuk menutupi masalah sebenarnya? Aku juga tidak mengerti masalah rumah tangga. Aku juga belum menikah. Suatu malam mereka ribut lagi. Dan aku melihat si laki-laki membawa wanita lain masuk dalam rumahnya. "Apa-apaan kamu, sekarang malah membawa wanita lain kerumaku. Berani-beraninya kamu sekarang, di depan istrimu sendiri berani seperti ini". "Setidaknya dia satu iman denganku, dan keluargaku setuju dengan dia dan menyukai dia". "Keluargamu itu brengsek berarti, lebih setuju dengan wanita lain yang satu agama dari pada istri sah nya sendiri?". "Kami mau pergi jalan-jalan. Kamu dirumah saja". "Dasar brengsek!". Wanita itu nampak menangis sepanjang malam melihat suaminya sudah diluar kendali wajar. Rumahku tepat disebelah persis rumah mereka, maka tepat sekai kalau sebenarnya keluargaku lah yang menjadi korban pertengkaraan mereka setiap malam. Dan si wanita sering curhat ke ibuku karena masalah yang diderita di rumah tangganya. Karena ibuku lah yang paling dekat dengan wanita ini. mungkin karena ibuku juga lebih berpengalaman dalam berumah tangga.

Paginya degan mata yang sembap, wanita itu kerumahku dan curhat tentang masalah nya kepada ibuku.
"Bu, saya sudah gak kuat bu kalau saya begini terus. Saya mau cerai saja. Setiap malam saya menderita begini terus. Sementara suami saya pulang hanya ganti baju saja terus malah asik-askikan dengan wanita lain. Keluarganya juga senang sekali melihat dia berhubungan dengan wanita yang satu iman degan dia. Tapi kalau aku cerai aku juga bingung. Ketika menikah dengan suamiku. Aku lebih memilih suamiku dan dibuang dengan keluargaku karena keluargaku juga tidak setuju dengan suamiku yang beda iman. jadi saya lebih milih suami saya. karena dulu suami saya janji mau pindah agama, kita nikah dam-diam dan hidup bahagia selama 5 tahun ini bu. tapi keluarga suami saya sering menghasut suami saya untuk menceraikan saya belakangan ini, dan sekarang tingkahnya jadi aneh seperti ini". "Sabar saja, saya yakin ketika kalian awalnya mengambil pilihan untuk menikah dengan beda agama, kalian juga sudah tau pasti konsekuensi yang akan terjadi. Baik dan buruknya. Dan saya juga yakin kalau kalian juga sudah mempertimbangkan solusi yang terjadi. Karena masalah agama itu sudah masalah yang kompleks. Pernikahan itu kebahagiaan. Kalau kamu sudah tidak menemukan kebahagiaan lagi jadi untuk apa pernikahan. Saya sarankan kamu mencoba memperpanjang waktu untuk memperbaiki dengan cara kalian sendiri yang tau, kalau sampai satu titik tertentu kalian memang sudah gak bisa dipersatukan, yah bercerailah dan kembali lah kepada keluarga. Toh juga kamu belum punya anak. Jadi tidak ada yang di persulit. Saya yakin keluargamu akan menerima kamu kembali. Gak ada keluarga yang benar-benar membenci anggota keluarganya nak, minta maaflah pada keluargamu. Tapi untuk saat ini cobalah dulu perbaiki rumah tanggamu dengan cara yang lain".

Dua tahun kemudian akhirnya pasangan suami istri tersebut bercerai dengan alasan perbedaan agama. Sebenarnya saya tidak mau mengomentari tentang pernikahan beda agama. Tapi saya lebih menyudutkan atas pilihan dan komitmen yang mereka ambil. Saya rasa kedua pasangan diatas ketika masih berpacaran dan dimabuk cinta sudah mempertimbangkan atas pilihan dan mereka mengambil resiko yang sangat besar.  Mereka lebih memilih dikucilkan dari keluarga mereka masing-masing demi kesatuan cinta mereka. Seharusnya saat sebelum menikah mereka bisa berfikir secara kosong untuk mengambil pilihan tersebut. Kalau kita berfikir karena cinta, kadang-kadang keputusan yang kita ambil itu diluar logika kawan. Jangan berfikir sesuatu karena cinta, tapi berfikir sesuatu dengan cara menetralkan pikiran. Tapi mereka juga tidak salah, namanya saat dimabuk cinta kadang mereka lupa bagaimana berpikir dengan gaya dan cara yang benar dalam mengambil keputusan yang sangat krusial. Kedua yang ingin saya sudutkan adalah komitmen. Mereka sudah berkomitmen untuk hidup berdua tanpa ada pengaruh keluarga. Tapi kenyataannya? si suami malah tetap berhubungan dengan keuarganya hingga dia terhasut dan melupakan janji setia mereka. Akibatnya adalah satu pihak yang tersakiti. Jangankan dalam hubungan yang berbeda agama. Dalam hubungan yang satu agama juga perlu sebuah komitmen kawan. Apalagi dia seorang kepala keluarga. Dia seharusnya bisa membawa rumah tangga dalam sebuah komitmen yang jelas. mau dibawa kemana hubungan mereka. trus akan menjalani hubungan dengan seperti apa. cara seperti apa. Jadi semua sudah dibicarakan dengan matang jika komitmen sudah dibentuk. Kalau begini? dia pun sebagai kepala rumah tangga tidak bisa konsisten atas komitmen yang dibuat. Jadi untuk apalagi rumah tangga mereka dipertahankan. Rumah tangga mereka harus pisah bukan karena mereka berbeda agama. Tapi karena mereka sudah tidak bertanggung jawab atas komitmen yang sudah mereka buat. Ini lah kawan kenapa komitmen itu sangat penting dalam menjalani hubungan. Hubungan itu tidak bisa dibawa hanya sebagai air mengalir tanpa komitmen yang jelas. semua lelaki sebagai caon kepala rumah tangga mungkin bisa berkomitmen dengan jelas saat sebeum menikah. Tapi gak semua wanita tau, bagaimana cara mengetahui lelaki yang bisa bertanggung jawab atas komitmen yang sudah dibuat. Jawabannya hanya pada hati bukan perasaan.

Berbeda halnya dengan guru sekolah saya yang sudah mau pensiun ini kawan. Dia sudah lama menikah dan mempunyai 5 orang cucu dan 5 orang anak. Mereka memiliki agama yang juga berbeda. Si wanita beragama Islam, si Pria beragama Kristen. sudah berpuluh-puluh tahun mereka menjalani kehidupan berumah tangga hingga mereka sudah mempunyai cucu yang tidak sedikit. Hidup mereka nampak bahagia-bahagia saja, meskipun mungkin mereka punya konflik yang saya tidak tau. Tapi dilain sisi, kenyataannya mereka bisa bertahan sampai usia lanjut datang menjemput. Saya merupakan murid kesayangan guru saya ini. Jadi setiap pulang sekolah saya ikut les tambahan di rumahnya. Hampir setiap hari saya kerumahnya untuk les. Kadang karena kedua orang tua saya belum menjemput. Jadi saya sering menginap di rumah guru saya ini. Jadi saya sangat tau kehidupan rumah tangga mereka. Meskipun kadang terlihat aneh. di dinding rumah mereka tepatnya diruang tamu, Terpasang patung yesus yang bersebelahan dengan bingkai ayat suci alquran. Tapi yang jelas, keharmonisan keluarga mereka sangat tercipta nyata dirumah itu. Rumahnya terlihat menyenangkan. dan tidak ada tanda-tanda ketidak bahagiaan dirumah ini. Suami nya pun sangat baik. dirumah ini juga ada ruangan khusus mushala untuk kita-kita yang mau sholat. dan ketika waktu sholat tiba. Si suami sering mengingatkan istri untuk sholat karena asyik mengajari saya les. Begitupun si istri, setiap minggu pagi selalu mengantar si suami ke gereja untuk ibadat. Ketika lebaran tiba, si suami selalu menemani si istri dan ikut merayakan, begitupun ketika natal tiba. bahkan si suami tidak pernah lagi memakan anjing dan babi yang dulu makanan kesukaannya demi menghormati istrinya. Keluarga ini sangat harmonis. Untuk anak dan cucu mereka juga sangat demokratis. Anak mereka berhak memilih agama yang anaknya ingin anut. Lucunya bahkan ada anaknya yang pindah agama, ketika dari kecil agama kristen, ketika dewasa mau pindah jadi islam. Dan tidak ada yang marah. Bahkan yang lebih lucu lagi. Anak kedua ibu ini agamanya islam. tapi anak dari anaknya atau cucunya beragama kristen padalah suaminya agamanya juga islam. Jadi mereka berhak memilih apa yang mereka yakini. Keyakinan memang tidak bisa dipaksakan. Keluarga besar si ibu guru dan suaminya juga tidak ada yang keberatan, toh mereka saling mencintai. Waktu awal pernikahan sampai punya anak pertama memang ada beberapa pertentangan dan sikap yang tidak enak dari masing-masing keluarga. Tapi mereka tetap komitmen atas komitmen yang mereka buat. Jadi lambat laun mereka juga mengerti. Toh juga mereka bahagia. Cinta merekalah yang mempertahankan rumah tangga mereka.
Saya disini tidak akan membahas apakah pernikahan beda agama itu boleh atau tidak, saya yakin setiap agama pasti punya aturannya sendiri. Tapi jelas kalau dalam agama islam tidak boleh, itu mutlak. Tapi saya akan menyudutkan tentang tanggung jawab dari komitmen yang sudah mereka ambil. Mereka bertahan semata-mata bukan hanya karena cinta, tapi karena mereka saling menjaga komitmen masing-masing, mereka sudah mempertimbangkan baik dan buruk atas keputusan yang mereka ambil dan yang paiing penting adalah mereka bertanggung jawab meskipun keputusan yang mereka ambil salah. Kadang kebenaran dalam sebuah keputusan itu bukan memutuskan yang benar. Tapi bertanggung jawab atas keputusan yang di ambil. Kekuatan cinta itu memang dahsyat, membuat perjuangan seakan kecil artinya.

Saya menceritakan kedua kisah diatas kepada rekan saya. yang saat ini sedang duduk di sebelah saya. Teman kampus saya. Dia mempunyai problema yang sama, dia islam (cowok) sementara ceweknya kristen. mereka sudah berpacaran dari kelas satu SMP dan sekarang sudah kuliah semester "XXX" (disensor) soalnya melebihi kapasitas. Sebut saja mahasiswa senior. mereka berencana akan menikah sebelum mereka lulus. yang menjadi permasalahan adalah karena mereka berbeda agama. selama berpacara 12 tahun ini mereka sudah melakukan apapun termasuk hubungan suami istri, yang sangat ditakutkan adalah bagaimana kalau ceweknya hamil. Untungnya selama berhubungan mereka masih dalam batasan keamanan. Teman saya sudah mencoba untuk datang kerumahnya si cewek tapi sikap penerimaannya sangat aneh. Si cowok merasa di tolak. Bahkan si cowok mendengar kabar dari pacarnya kalau si cewek sudah di jodohkan dan orang tuanya tidak setuju jika si cewek menikah dengan beda agama. Padahal orangtua keduanya sudah sama tau kalau mereka sudah berpacaran 12 tahun. Temenku memang mau mempertahankan cintanya dan merasa bertanggung jawab karena dia seorang lelaki dan calon kepala rumah tangga. Kalau si cewek katanya nurut-nurut saja sama si cowok ini. "Tapi juga lo harus tau, yg lo pikirin itu bukan kebahagiaan lo, atau kebahagiaan kalian berdua. Tapi lo juga harus mikirin kebahagiaan si cewek secara individu" aku mencoba menasihatinya. "Kalau orang tua gw setuju2 aja. toh juga kedua orang tua gua beda agama. Nyokap kristen, bokap islam. gak masalah. Tapi keluarga cewek gw ini ribet. Mana cewek gw maksa-maksa terus lagi untuk memperjelas hubungan. Karena dia sudah kerja. Kan gw belum. Kalo gw mah bisa aja pindah agama". "Nah itu juga harus lo pikirin. Dia sudah kerja, tp lo belom. Kalo lo mau pindah agama demi cinta. lo salah besar. kalo lo aja berani mengkhianati Tuhan lo, pasti suatu saat nanti lo juga bisa mengkhianati cewek lo ya kan?". "Gw harus gimana? apa gw harus ninggalin dia? apa gw harus kawin lari kayak cerita tetangga lo itu?". "Semua terserah lo sob, gw yakin lo bisa ambil hikmah dari 2 cerita gw diatas plus hikmah dari kedua orang tua lo juga yang beda agama. Gw cuma mau meyakinkan lo aja. Yang paling penting itu bukan bagaimana lo berfikir untuk membuat komitmen. Tapi bagaimana lo akan mempertahankan komitmen lo sampai tua nanti. Jangan pernah berfikir untuk diri lo sendiri, atau karena hubungan kalian berdua. Tapi tolong pikirin cewek itu secara pribadi".

Silahkan komentarnya. Tapi yang jelas kawan, seseorang itu gak pernah mau memilih untuk memiliki cinta yang berbeda agama. Tapi seakan cinta itu sendiri lah yang memilihkan nya untuk mereka. tak ada yang salah dalam sebuah pilihan. Tapi pilihan akan menjadi salah ketika kita tidak mempertanggung jawabkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar mu sangat berarti :