---Anda Telah Memasuki Sebuah Realitas Hidup Saksi Langkah Perjalanan Seorang Pejuang Kehidupan---
Indah
Memulai cerita hari ini dengan sebuah kata terindah. "Perjuangan"
Kamis, 18 April 2013
Tukang Gosip
Gak Ada yang Benar
Kisah ini saya ambil dari sebuah kisah tentang krisis moral
masyarakat perkampungan yang ada di indonesia di mana tepat saudara saya
tinggal. sebuah kisah nyata. yang sebenarnyapun terjadi pada seluruh
lapisan masyarakat perkampungan kecil di Indonesia. bangsa yang sudah
terlanjur besar karena penjajahnya. Krisis moral bangsa kita tidak
hanya terjadi pada kalangan elite, para bangsawan dan para petinggi
pemerintah yang ada di sana. Tapi kalau kita coba menilik kebawah, lebih
jauh kebawah dalam kelas masyarakat kecil juga banyak sekali krisis
moral yang terjkadi. Bahkan krisis moral dalam kawasan bangsa itu
terlahir dari sebuah kebiasaan dari masyarakat jkecil. Hasilnya apa?
ternyata keanehan dalam sebuah ulasan sering terdengar. Masyarakat kecil
tak henti-hentinya mencibir krisis moral para kalangan elit. Sementara
para elit sibuk memperbaiki moral masyarakat kecil. Ini tak jauh beda
dengan saling memperbaiki karakter yang lupa berkca pada dirinya
sendiri. Bangsa ini mungkin terlalu merasa cerdas utk sekedar mengoreksi
diri dalam segala keburukan moralnya. Dan masyarakatpun tertutup
matanya dan terus merasa teraniaya karena sibuk memperhatikan kejamnya
elite yang terpampang nyata. Yah, mereka akhirnya hanya bisa mencibir
para elite tanpa memandang sejauh mana moral masyarakat kecil
berpengaruh dalam kemajuan sebuah bangsa. Ini hanya masalah kuantitas.
Masyarakat itu banyak dan elit pemerintah jauh lebih sedikit. Meskipun
katanya yangsedikit itu adalah yang pilihan. Bukannya yang benar adalah
selalu yang kebanyakan bukan? Mungkin hakiki dari sebuah pribahasa
"semut diseberang lautan tampak sementara gajah dipelupuk mata tak
nampak" akan terpampang jelas pada retorika bangsa yang semakin
memprihatinkan dimulai dari masyarakat pedesaan. Perkampungan kecil
kumuh yang terletak di tengah kejamnya kota. Di kelilingi gedung-gedung
yang memamerkan seksinya sebuah metropolitan.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ Makan
merupakan sebuah hobi tersendiri buat saya, karena makan merupakan
bukan hanya sebuah kebutuhan tapi sebuah kesenangan, kesenangan pribadi
yang bisa saya lakukan. Itu kenapa saya namakan makan adalah sebuah
hobi. Saya paling suka untuk mencari makan di tempat-tempat yang unik
dan ramai akan pengunjung, karena menurut saya. Mulut saya terlalu
sayang untuk memakan makanan yang tidak enak.
Ketika pulang dari
aktifitas bersama saudara saya di kampung. Saya melihat di kampung
tempat saudara saya tinggal terdapat tempat makan baru yang sangat ramai
akan pengunjung. Karena malam itu aku sangat lelah dan baru saja makan.
Aku berencana utk mencoba makanan yang dijual di warung bakmi tersebut
besok malam. Besok pun tiba dan aku berjalan kaki ke lokasi warung
karena letak warung yang tak jauh dari lokasi rumah saudara saya. Saya
bingung mau pesan apa. Karena tidak ada menu yang terpampang di tempat
makan tersebut. karena saya melihat ada bahan-bahan bakmi di warung
tersebut. Saya memesan bakmi goreng. dan saya mendapat antrian ke 10.
Dan sambil menunggu antrian aku memainkan game di HP. dan tidak mau
pulang. karena rumah saudara juga tidak terlalu dekat untuk berjalan
kaki. Dan malas kalau harus bolak balik, sambil memainkan game di HP aku
mengeluh dihati karena lamanya antrian di warung ini. Sudah 1 jam
setengah aku mengantri makanan juga tak kunjung dibuatkan. dan selama
satu jam setengah aku tak sengaja mendengar perbincangan para ibu-ibu
kampung yang melakukan kebiasaannya "ngerumpi". Saya gak nguping. tapi
suara mereka yang berisik secara tidak langsung terdengar di telinga
saya. Karena lamanya saya menunggu dan kerasnya suara para ibu-ibu PKK
ini, saya jadi tau bahwa warung ini didirikan dari program kerja ibu-ibu
PKK kampung. Sungguh kreatif. dan jangan kaget kalau saya hanya
satu-satunya laki-laki di waung itu, karena kesemuanya adalah ibu2. ada 6
orang ibu-ibu yang juga mengantri makanan dan 2 orang gadis kecil
sekitar kelas 6 SD yang aku pikir ikut ibunya beli makan di warung ini.
Satu anak tertidur pulas di meja makan, mungkin karena terlalu lama
antri.
Aku tanpa sengaja mendengar semua percakapan ibu-ibu PKK
yang sedang bergosip. Tiada lain tiada bukan yang mereka bicarakan
adalah rekan sesama mereka sendiri. Kebiasaan wanita yang saat ini aku
gak ngerti kenapa bisa seperti ini. Jangan kaget kalau malam itu aku
sampai hafal nama ibu-ibu yang ada diwarung itu. Ibu aida(A), ibu
baji(B), ibu caca(C), ibu Dedeh(D), ibu Emi(E), dan si pedagang (P) yang
saya tidak tau namanya.
A: Ibu C, sepertinya kita sekarang sudah punya tempat ngerumpi baru nih. P: Hooh, apalagi tempatnya enak. Sambil ngerumpi sambil makan enak.
Ibu-ibu
lainnya pun berekspresi seperti menyetujui. Itu lah kalimat pertama
yang saya dengar malam itu. Sambil senyum nyinyir aku mendengarnya.
aneh. Ngerumpi sepertinya sudah menjadi hoby untuk kalangan wanita. Dan
hobi saya tetap makan.
Tema perbincangan pertama: pembeli ke
tujuh masuk warung untuk ikut mengantri bernama ibu Fifi (F).
Keliatannya si ibu habis berbelanja dari Mall. Si pedagang bertanya
belanja apa. Akhirnya ibu F menceritakan kalau cucunya habis kecelakan
di Mall. tangannya masuk dan terjepit pada sebuah eskalator di mall
tersebut sampai berdarah hingga masuk kerumah sakit X ditolak, rumah
sakit Y ditolak dan dirawat dirumah sakit Z. Perbincangan itu seru
karena cara ibu F menceritakan kejadian sangat menyenangkan. Memang
menunggu antrian sambil ngerumpi itu tidak terasa. Pembicaraan topik
pertama kali ini memang masih normal-normal saja. Sampai ibu C membuka pembicaraan baru
Ibu
C: "bu, jadinya anaknya si ibu Bening itu nikah sama siapa? kasihan
perutnya makin lama makin lebar. Amal besar yang mau menikahi anaknya
itu". Ibu D menanggapi "kalau itu memang gak usah ditanya, kerjaannya
saja gak jelas. aku tu sampe pusing denger suara motornya pulang jam 2
pagi tiap hari dengan cowok yang beda". Ibu E, terlibat "Anaknya ibu
bening yang mana? saya gak tau ibu bening mungkin karena saya jarang
dirumah kali yah, jadi saya gak tau". Ibu P menjawab: "ibu E ini
bagaimana? ibu bening yang rumahnya di samping ibu baidah dipinggir kali
itu. yang anaknya suka pakai-pakaian seksi". perbincangan itu semakin
seru dan kasihan anaknya ibu bening menjadi teraniaya malam itu.
Perbincangan
lebih seru lagi terjadi ketika Pesanan ibu E selesai dan lantas segera
pulang setelah membayar. Ibu A tiba-tiba nyeletuk. "Jelas aja ibu E gak
tau ibu bening, karena dia juga jarang dirumah. Kan dia juga sama aja
kayak anaknya ibu bening. Kerjaannya gak jelas gitu bu, pulangnya pagi.
hartanya kaya aja gak tau dari mana, padahal dia kan ditinggal suaminya.
Kerjanya apa aja gak tau, kalau siang dirumah, tidur. Malam keluar.
Bergaul sama kita aja gak pernah". Ibu P "Iya, liat aja tadi. malam2
begini dia udah rapih. mau berangkat kerja mungkin yah, perhiasannya gak
nahan". Ibu B protes "itu imitasi ibu-ibu, keliatan. Kalo yang asli
kayak punya saya ini. warnanya beda". Tiba-tiba seorang bapak masuk ke
warung dan menghancurkan perbincangan. Mungkin dia dewa yang datang
untuk menyelamatkan Ibu E agar tidak diperbincangkan ibu-ibu ini. Bapak
itu langsung pergi ketika mengambil pesanan. kata ibu P bapaknya memang
sudah pesan dari maghrib tadi melalui SMS, jadi kesini tinggal ambil
pesanan. Ide bagus bapak itu untuk terhindar dari perbincangan ibu-ibu
yang menyebalkan ini.
Satu langkah si bapak keluar dari pintu.
Ibu2 ini asik membahas topik yang tadi dan tak lama kemudian berganti
topik. Ibu D "kok di tempat saya belum ada bantuan yah beras dari
pemerintah, katanya di tempat ibu B sudah ya?. Pak RT nya memang payah,
tiap hari ribut aja dengan istrinya". Ibu B menegaskan "memang sudah
tempat saya, pak RT tempat saya kan masih muda dan belum beristri jadi
memang kerjanya bagus. Beras yang kemarin saja kita utuh diberikan 3 kg
per warga. Katanya tempat ibu D cuma 2 kg yah? 1 kg nya djual mungkin.
Untuk biayain istri simpenannya". Ibu C "Pak RT 40 punya istri 2? kok
bisa?". ibu P menjelaskan "Itu berita belum bener bu, bisa aja cewek itu
sodaranya. Tapi aku curiga juga sih, karena Pak RT memang jarang pulang
kesini. Apalagi mau tau kabar warganya. Susah. Ngurus KTP suka
dipersulit. Katanya memang istrinya pernah nemuin buku nikah Pak RT
dengan selingkuhannya. Kabarnya juga sudah punya anak dari istri
simpenannya. Tapi saya mah masih gak percaya". Topik nya tentang Pak RT
yang malang.
Disebelah saya tepat sekali ibu A dan ibu D yang
sedang berbisik. "Jelas aja ibu P gak percaya, Kabarnya istri keduanya
itu saudara ibu P". Ibu D: "Oh ya?" suara mereka kecil sekali, tapi
terdengar sekali karena mereka duduk disebelahku. dan tak terdengar
dengan ibu-ibu lainnya. Aneh. mereka masih sempat-sempatnya membicarakan
orang yang ada didepan mereka.
Ibu A iseng bertanya pada anak
ibu C yang tertidur : "Ani, gimana sekolahmu? begitu pindah berprestasi
tidak?". Ibu C menjawab "sekarang di SMP itu payah bu, kualitasnya gak
bagus. Anak saya sekarang prestasinya kurang, Guru-gurunya gak pernah
masuk". Ibu A menimpal "Kalau anak saya malah bulan depan mau ikut
cerdas cermat wakil sekolahnya. Padahal waktu SD kamu lebih pinter dari
Doni yah Ani". Ibu C tak mau kalah "Kalau ani masih mending. Anaknya
ibu jumadi malah gak naik kelas kemarin. Otaknya kurang mungkin yah.
Orang tuanya maksa untuk memasukkan ke SMP Unggulan. Padahal otaknya gak
mampu. Kasian. Kalo ani mah, saya masukkan sesuai dengan kemampuan dia
saja. Otaknya sejauh mana, gak mau maksa-maksa anak. Anaknya ibu jumadi
kan nakal banget karena tertekan dirumah". Antrian Ibu C dan D selesai,
mereka pun segera pulang membawa makanannya. Dan bakmi saya pun jadi.
Karena mood saya sudah hilang untuk makan di rumah. Saya memilih untuk
makan ditempat. dan sisa dari ibu-ibu disini melanjutkan pembicaraannya.
Karena konsentrasi ke makan, saya tidak peduli dengan apalagi yang akan
mereka bicarakan. Tiba-tiba seorang bapak masuk ke warung dan juga
mengalihkan perhatian semua orang yang ada di warung. Ternyata satu anak
wanita SD ini bukan dari anak dari ibu-ibu disini. Dia datang kesini
sendiri disuruh orang tuanya beli nasi goreng. Dan karena terlalu lama,
pamannya menyusul kewarung ini. dan dari tadi ayahnya mendengar
perbincangan ibu-ibu dan masuk kewarung untuk menanyakan pesanan anaknya
yang lupa dibuatkan penjualnya.
Bapak: "si ibu-ibu ini kalo
ngomongin orang mah betah di warung dan gak ada henti-hentinya.
Hati-hati ibu kalo ngomongin orang". Saya baru tau kalo bapak ini ketua
RT yang baik, yang dibicarakan oleh ibu-ibu barusan. Konsentrasi makanku
buyar dan tertarik mendengar pembicaraan sang pak RT 40:
"Gosip
ibu itu bisa jadi fitnah loh kalau kebenarannya gak terungkap. Anaknya
ibu bening itu sudah punya suami, dia memang kerja malam. Tapi jaga cafe
malam. Bukan bekerja yang aneh2. Suaminya saya tau, lah wong nikahnya
izin saya, tapi memang diam-diam karena terkendala waktu dan biaya.
Suaminya itu kan kerja di kapal pesiar jadi jarang pulang. Anak yang
dikandung itu yah tetap anak suaminya. Kalo ibu emi itu jarang dirumah
karena dia memang jarang mau bergaul. Namanya juga orang baru baru. Dia
mungkin syok tinggal di kampung kumuh begini. Kan dia dulu bekas orang
kaya. Jadi harus adaptasi. Pekerjaannya juga malam bukan yang aneh-aneh.
Dia juga punya cafe, sisa dari kebangkrutan bisnisnya dulu. Yang punya
cafe itu beliau, tempat si anaknya ibu bening kerja. Tapi bu Emi ga tau
kalau anaknya bu bening kerja di cafenya. Mungkin salah satu alasan ibu
emi gak mau bergaul karena ibu-ibu disini suka ngerumpi begini kali yah.
Masalah bantuan beras itu. memang gak semua RT dibagikan di tanggal
yang sama. Bisa saja RT 39 memang dibagikannya seminggu lagi. Nah kalo
ukuran beras itu saya dengar pak RT 39, 1 kg dibaikan kepada orang yang
benar-benar tidak mampu tapi tidak terdata sebagai warga kampung sini.
Disubsidi silang begitu lah. Kalau saya kan warganya terdata semua.
Wanita itu bukan selingkuhannya pak RT 39, tapi kakak perempuan dari pak
RT 39, karena punya penyakit berat jadi tidak dirawat jadi satu rumah.
Dan pak RT harus bolak balik di dua rumah harus mengurus kakak
perempuannya itu.
Makanku selesai. aku segera membayar dan langsung pulang. Semoga malam ini mimpiku gak buruk. ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Bagaimana
komentar kalian tentang kebiasaan buruk masyarakat kecil kita yang
seakan lupa akan moral dan menanamkan jati diri bangsa nya. Fitnah dan
membicarakan orang saya rasa akan jauh lebih besar dari makna pembunuhan
yang sebenarnya. Fitnah yang dibunuh adalah karakter seseorang yang
dibicarakan akibat kebiasaan ngerumpi. Saya gak mau membahas bagaimana
agama benar-benar mengecam perbuatan seperti ini. Tapi yang jelas
retorika nya, bahwa nasib bangsa ada pada tangan wanita-wanita tulus
yang senantiasa merawat seorang anak yang akan menjadi pemimpin bangsa
kedepannya. Kebiasaan yang tertanam sejak kecil membawa kebiasaan buruk
yang kita tak sadar tertanam dihati kita dan berpengaruh dengan
bagaimana para pemimpin memimpin bangsanya. Lihat saja keadaan politik
kita saat ini, saling fitnah, tuduh menuduh, dan selalu merasa benar dan
menyalahkan orang lain menjadi sebuah hobi. Mungkin saja Ani dan anak
perempuan yang menguping ibu2 bergosip itu akan menjadi seorang pemimpin
di masanya? dan apakah tidak mungkin karakter yang timbul saat dia
memimpin tercermin dari kebiasaan mendengar orang tuanya salalu
memfitnah orang lain? dan merasa dirinya benar? Hidup ini sebab akibat
kawan. kita ini diciptakan dari sebuah perjalanan panjang yang nalar
kita pun sudah lupa kejadiannya. Tapi nurani tak akan pernah menghapus
jejak perjalanan. Karena nurani tak akan pernah sirna meski dibakar, dan
dihujam. Yah. Bangsa kita sudah lupa letak nuraninya dimana. Masalah
kecil seperti ini lah yang menjadi sedikit dari berbagai sebab akhlak
sebuah bangsa yang bermoral rendah. dan kita pun sudah tertawa melihat
akibatnya. Akibat dari sebab yang sebenarnya sudah kita ukir sejak dulu
kala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar mu sangat berarti :