Indah

Memulai cerita hari ini dengan sebuah kata terindah. "Perjuangan"

Rabu, 10 April 2013

BUKAN SALAH SAYA

Siapa yang salah dan dipersalahkan?

 

 Kawan, sebuah retorika diri kadang menjadi sebuah tanda tanya yg tak bisa terjawab bukan? Apalagi membicarakan cinta, pasti jawabannya adalah tidak ada jawaban. Cinta begitu kuat mengekang, rasa nya sudah terlalu besar mempengaruhi alam pikiran. Dunia kita kadang sudah dikuasai dg cinta. Gimana utk yang jomblo? bukan berarti jomblo itu punya hak untuk memiliki dunianya sendiri kawan.

Aku kenal dia pada sebuah pertemuan. Awalnya aku bosan menghabiskan waktu hanya berdialog dan protes pada acara televisi yang membuat mata berkelopak hitam. Membosankan. Jadi aku pikir bukan sebuah kesalahan besar kalau mengikuti ajakan teman untuk hadir ke sebuah pertemuan. Hari itu begitu manis. Dan ternyata dia mengajak rekan wanitanya yang aku kira adalah pacarnya. Kalaupun wanita itu adalah pacaranya, aku pikir wanita bergigi gingsul ini menjadi selingkuhan ke 5 dari temanku itu. Menatapnya untuk pertama kali saja membuat aku berdecak dan mendadak buta. bukan buta warna kawan, tapi buta benar-benar buta, tak ada lagi wujud di sekeliling saya kecuali dirinya. Ditambah lagi dia malah terkesan untuk lelaki yg haus cinta seperti saya "memaksa" ngajak salaman dan berkenalan. DICATAT, bukan saya yang mengajak, tapi gadis hitam manis ini, bidadari yang dikirim Tuhan atau jangan2 disesatkan Tuhan menyelinap di hati saya. Fokus on the topic. Kami hanya menghabiskan berbincang sesaat. yah, kami berdua. Teman saya serasa menjadi penganggu malam itu. Acara dimulai dan saya memperhatikan dia memperhatikan acara ini. Fokus, begitu fokus dia memperhatikan. sampai aksi liarku tak membuatnya bergidik. Terima kasih Tuhan telah membuat hatinya memilih utk duduk disampingku dari pada di samping temanku yang juga temannya. Pertemuannya 3 jam, tp buatku ini seperti 24 jam dan aku ingin pertemuan ini dilanjutkan sampai 3 hari 3 malam. Acara yang terus kutatap, si hitam manis berlesung pipi.

Akhirnya dia gusar dan sadar bahwa aku sibuk mencari perhatiannya. atau bahkan dia merasa terganggu dan ingin pindah tempat duduk. Oh Tidak. Ternyata Tuhan memberinya petunjuk sekali lagi untuk mengajakku atau lebih tepatnya mengawali perbincangan malam itu. kata pertama yang aku ingat malam itu adalah "aku suka pembicaranya, dia keliatan cerdas, aku suka dengan orang yang keliatan cerdas". Oh My God. Tepat, sangat tepat. aku mencoba menghitung, sudah berapa banyak orang aku rasa yang bilang padaku kalau aku ini keliatan cerdas. "keliatan" kalau kenyataannya, hanya aku dan Tuhan yang tau. Atau jangan2 dia bicara seperti itu karena dia sadar juga, kalau aku terlihat cerdas. Tuhan benar-benar memberikannya petunjuk untuk memberikan petunjukku.

Acara selesai, 3 jam acara berlangsung tapi kami sama sekali tidak diberikan konsumsi. Acara yang payah, ops tidak. acaranya tidak payah. Acara si hitam manis berlesung pipi. Lagi-lagi Tuhan memberinya petunjuk untuk memperlama pertemuan kami. Wanita manis berlesung pipi ini ngajak makan malam karena lapar. Kalau aku si tidak lapar, sudah makan selama tiga jam acara tadi. makan si hitam manis dengan lauk lesung pipi. "Kalau bisa jangan tempat makan biasa, tapi yang enak buat nongkrong biar kita bisa ngobrol". Tancap gas dan tak mau menghabiskan waktu dengan berintonasi akan sebuah pilihan tempat makan.

Tiba di salah satu tempat nongkrong asik di jogja, kami memesan yg katanya menu paling spesial. tapi buatku menu hitam manis dg lauk berlesung pipi yang paling enak. Aku gak mau menceritakan tentang perbincangan malam itu, aku gak mau membuat orang lain merasa iri dengan kebahagiaanku malam itu. Yang pasti aku sangat kenyang, makan menu spesial hitam manis dg lauk lesung pipi. Aku memperhatikan gaya bicaranya. memperhatikan ketika mulutnya terbuka mengucapkan huruf 0, matanya menyipit ketika tertawa dan bibir menutup ketika tersenyu. Yah, aku memperhatikan semua itu. Makanan penutup yang paling enak kami santap malam itu adalah ketika dia mengatakan "gak tau kenapa aku mala ini ngerasa bahagia dengan kalian semua, thx kawan". What? dia bahagia sama saya malam ini? dia bahagia.

Waktu memang menjadi musuh paling terberat malam itu, dan aku pun tak mau menunjukkan arogansi untuk membuatnya lama bergadang karena wanita secantik dia terlalu aneh untuk bangun siang besok pagi. Dan yah, dengan gaya jalan lusuh aku bangkit dan tidak lupa membayar makanan lalu pulang. Kita bertiga ikut acara itu, tapi kami membawa motor masing-masing karena rumah kami yang berjauhan. Dengan gaya yang sok jual mahal, aku tak berbasa basi, tak menunjukkan betapa bahagianya aku malam itu, sama seperti yang dirasakan si hitam manis berlesung pipi. Dan akupun tak mau menunjukkan betapa sedihnya aku berpisah malam itu. Aku pun berharap acara sejenis akan ada lagi dijogja dalam beberapa waktu terakhir. Agar aku bisa bersamanya, dan terus mendampinginya. Ataukah aku harus mendirikan sebuah EO (Event Organiser) dan mengadakan acara sejenis selama 1 minggu sekali hanya untuk bisa bertemu dan mendampinginya. Omong kosong masalah kerugian acara, bersamanya sudah sangat menguntungkan. Kita berpisah dengan tiga arah berbeda malam itu.

Diperjalanan aku tidak memperdulikan ada yang teriak karena aku "meleng" membawa motor karena konsentrasiku terganggu. Aku lebih rela menabrak dengan alasan membayangkan wajahnya malam itu. Dahsyatnya romansa cinta. Hatiku bergidik, gusar tiba-tiba membayangkan dirinya pulang sendirian dengan malam selarut itu. Tanganku sangat nakal dan iseng membelokkan stang lalu memutar balik arah. YAH! aku akan mengantar gadis itu pulang hingga depan kosnya yang jauh dan sangat jauh. Bukan itu yang sebenarnya aku inginkan? memperlama waktu bersamanya? dan tanganku masih jahil mengarah ke mana gadis itu pergi dengan semakin nakal dan liar. Kecepatan tinggi. dan aku membenci waktu malam itu.

Aku belum terlambat. Dan sambil membawa motor dan menyembunyikan rasa malu utk beberapa detik untuk mengatakan "aku antar sampai kos yah, aku lagi males pulang juga ni, gak bisa tidur". Akhirnya aku berjaln dibelakangnya sampai tiba didepan kosnya. Aku memberhentikan motor didepan kosnya, tapi kenapa tangan ini kembali jahil. Dia tak mau memutar gas untuk berjalan pulang. Gadis itu menghampiriku. "Gimana? tadi dijalan udah ngantuk belum atau masih gak bisa tidur?". Aku terdiam dan hanya tersenyum. Aku juga aneh kenapa aku mendadak pendiam malam itu padahal perawakan sudah terkenal cerewet, tapi bibir seakan pandai menjalankan skenario malam itu. "Aku juga belum ngantuk kok, mau ngobrol? byk cemilan tuh dikamar, gak ada yg ngabisin. Aku gak suka makan". WOW!, Dia ngajak saya kekamarnya atau mengajak saya menghabiskan cemilannya? ambigu. dia tau dari mana kalau saya menginginkan keduanya? mungkin tubuh saya memang gak bisa boong kalau keliatan banyak makan. Akhirnya kita mengobrol sambil bercanda mengakrabkan diri. "Ternyata kamu asik yah, banyak omong, cerewet, Gak kaku". saya gak ngerti itu termasuk hinaan atau pujian. Yang jelas aku bahagia malam itu. Sudah jam 1 pagi, aku harus beranjakn dari depan teras kosnya dan menuju pulang ke kosku. Cukup. aku tak mau menceritakan bagaiman indahnya perjalanan pulangku malam itu, yang jelas, aku diiringi kereta kuda sampai didepan kos.

ITULAH PERTEMUAN PERTAMA KU,

Setelah saat itu, kami gak pernah ketemu karena dia sibuk sekali, mahasiswa semester 6, puncaknya kesibukan kuliah. Jadi aku maklum. Lagi-lagi gengsi ku menahan untuk mengajaknya ketemuan. Bukan sekedar gengsi, tp karena aku juga sangat mengerti dia. Suatu malam aku mendapat sms, "mas, ada acara gak? jalan yok, aku galau pengen curhat. mas "x" (yg ngajak aku dan dia ke acara seminar) gak mau diajak. sibuk dia. kita berdua aja yah". Tanpa berbasa basi aku langsung meng iyakan. Padahal hari itu adalah deadline terakhir aku harus revisi skripsi2ku karena besok paginya aku bimbingan dg dosen. ingat. dia lebih penting. Malam itu kita janjian di sebuah tempat makan yang sekaligus tempat nongkrong. Dia membuka pembicaraan dan aku menebak-nebak apa yang akan diceritakannya malam ini. mungkin masalah kuliah. Ternyata tidak. wajahnya tiba-tiba menggurat dan air mata menetes menghancurkan pemandangan indah lesung pipinya. Gadis ini, gadis hitam manis berlesung pipi yang malam ini aku tau ternyata giginya pun bergingsul menceritakan tentang sakit hatinya karena pacarnya. yah pacarnya. Ternyata dia punya pacar. Aku tersontak kaget. aku membuka telinga, menyumbat hati dan rasaku, serta memaksa bibirku mengeluarkan solusi dg bijak meski aku benci mengeluarkannya. Kenyataannya dia sudah punya pacar. Gadis ini terlalu suci untuk terus disakiti kekasihnya, tapi terlihat bhwa dia sangat mencintai kekasihnya dan gak mau berpisah. Akupun hanya bisa terdiam dan terus memaksa bibirku tertarik untuk tersenyum. Malam itu tak terlalu spesial. Aku kembali mengantarnya pulang tapi tak semangat untuk menambah waktu panjang mengobrol didepan teras kosnya seperti malam kemarin. Aku gontay dan merasa tak berotot malam ini. pulang ke kos dengan diiringi batu kerikil tajam dijalanan seperti sedang off road. terlalu menyiksa dan merepotkan.

SEIRING BERJALANNYA WAKTU

2 minggu sudah aku mengenalnya, dan selama dua minggu ini aku masih menyimpan rasa ini, dan tetap menemaninya. hubunganku dengannya sama seperti selayaknya sepasang kekasih meski dirinya memiliki label cinta dengan nama lelaki lain. Tapi itu kan cuma label yang tertempel. tpi aku selalu ada buatnya. Aku menemani dan selalu ada disampingnya setiap saat selama 2 minggu itu, tanpa memperdulikan siapa kekasihnya, tanpa memperdulikan label pada dirinya. Aku sangat nyaman dan ingin bersamanya. Itulah yang terpenting. Dan aku rasa dia juga nyaman bersamaku. Mungkin kekasihnya, kekasih yang selalu menyakitinya sibuk dengan kebusukan dirinya sendiri. Dan aku yang tetap menjadi juara disisi nya, aku selalu ada untuknya. tanpa haru ada yang tau dan dapat menjelaskan siapa aku baginya, Tapi aku yakin. Bahwa malaikat juga tau siapa juaranya. itu yang paling penting. Dia nyaman denganku dan aku nyaman dengannya. Itu lebih pantas dari harga sebuah label "pacar". Bukannya jodoh itu gak bisa tertukar bukan? Inilah cinta, penuh resiko dan tanda tanya. Jawabannya ada pada waktu yang kini membenciku.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar mu sangat berarti :