Indah

Memulai cerita hari ini dengan sebuah kata terindah. "Perjuangan"

Kamis, 31 Januari 2013

Harga Sebuah Keilmuan


Idul Qurban adalah waktu dimana Asas Kemahasiswaan Fakultas Peternakan dipertaruhkan

Kuliah sudah menginjak semester "gembung" atau bisa dibilang diluar kapasitas. Opini publik seakan meyakinkan bahwa otak sudah penuh dengan bumbu2 teori keilmuan. Segala macam tanggapan berlebih yang menuntut pola pikir semakin maju. Cerita ini dihadapkan ketika Idul Qurban dimulai. Entah kurikulum yang keliru atau memang teori tidak bisa di garis luruskan dengan pola pikir praktikal dan pengalaman. Saya selalu menjawab dengan senyum kemayu "semester 9 bu". satu minggu kegiatan idul qurban belum dimulai. Segelintir pertanyaan demi pertanyaan muncul dari tindak tanduk polah masyarakat yang ber ekspektasi lebih akan gelar mahasiswa "afkir". Semua pertanyaan digelontarkan seakan kita selaku mahasiswa bak dewa dengan catatan teori keilmuan. Satu persatu pertanyaan semakin membabi buta. Dan pada satu titik aku terdiam, ketika rapat mulai surut akan komentar dan argumentasi. terpojok oleh suasana dan keadaan. berpikir dan menghikmati mencoba memakai hati nurani. semua pertanyaan yang dilontarkan seharusnya pertanyaan yang sudah ku tau jawabannya di luar kepala. dasar-dasar pendidikan yang katanya mahal. lontaran kata-kata dari masyarakat yang lucu akan keluguannya dalam bertanya seakan menampar otak kiriku yang hilang dimakan waktu. semua materi pelajaran hilang dimakan masa silam. semenjak itu aku kembali kekamar dan meruntuhkan semua buku, demi nama baik pendidikan. "apa kata mereka, jika seorang mahasiswa peternakan tidak bisa menjawab pertanyaan dasar yang seharusnya telah menjadi lalapan keseharian?". menandakan bahwa pendidikan mahal itu aku jual dengan sangat murah. aku seperti tidak mendapatkan apa-apa. semoga saja, pengalaman ku ini tidak dialami dengan mahasiswa semester tua, yang telah melupakan teori-teorinya dan sibuk bergelut dengan hati untuk skripsi. sehingga masyarakat tidak merasakan dampak dari istimewanya pendidikan, aku kalah hari itu.

Aku bangkit, sadar dan mulai mempelajari semua materi yang berhubungan dengan idul qurban. Dan dihari selanjutnya, aku bak menjadi seorang profesor peternakan termuda yang pernah ada. Aku menggelegar diantara masyarakat yang haus akan keilmuan. dan aku bisa memperkaya pendidikan yang mahal. menyesal kulupakan ilmu ku bertahun-tahun hanya karena tekanan mental skripsi yang hanya hitungan bulan.



Kesadaran itu tidak hanya sampai diteori dan kata-kata. 1 hari menjelang idul qurban datang. Ketika teori dan kata-kata tak lagi dibutuhkan. Aku mulai ingin menunjukkan aksiku dengan lebel mahasiswa senior PETERNAKAN. Ku ajarkan masyarakat bagaimana caranya menentukan berat badan sapi hanya dengan mengukur lingkar dada dan panjang badan, Ku tunjukkan pada mereka semua bagaimana ternak yang sehat dan sakit. kuajarkan mereka bagaimana menentukan jumlah kg daging yang dihasilkan dengan berat sapi tertentu, ku berikan pengetahuan tentang perawatan ternak untuk kurban yg seharusnya. Aku satria dikala masyarakat sudah lupa akan pentingnya kata-kata. Masalah kembali datang ketika aku dihadapkan pada ciri masyarakat yang merasa lebih tau dan merendahkan seorang mahasiswa. "Mahasiswa itu kan teori, prakteknya belum tentu tau dan benar hasilnya". Perdebatan yang sangat menyayat hati terjadi pada orang yang mengaku pernah ikut pelatihan tentang "jogrok" sapi. Aku kalah dan memang tidak bisa berbuat apa-apa. Ketika memeriksa cacing hati, seakan kedengkian timbul dan terjadilah perang antara praktisi dan akademisi. antara pikiran dan otot yang tak menyatu dengan hati. hati seperti mengatakan bahwa 100 teori dan penelitian seakan dipatahkan dengan satu praktek dari seorang ahli lapangan. akupun tak bisa membuat tali penyambung arah diantara keduanya. Semua berjalan. dan hasil membuktikan bahwa semua teoriku benar, jumlah daging yang dihasilkan sesuai prediksi. Keadaan sapi saat pemotongan mengalami regormortis yang parah karena tidak dipuasakan. Dan banyak teori lain yang dipatahkan yang akhirnya telah terjawab dengan waktu dan akal pikiran. Semua teori ku benar dan dibeli dengan waktu yang membahagiakan.

Setidaknya pelajarannya adalah:
1. Bahwa ternyata kita telah membuang ilmu dengan berjalannya waktu yang sebenarnya dapat dirasakan semua orang. Kita mengerti bagaimana kita dapat menghargai ilmu yang sudah kita pelajari dengan cara menghibahkannya pada banyak rakyat. dan berujung pada kesadaran bahwa kita tidak mendapat apa-apa dalam pendidikan yang kita bayar dengan harga mahal. Kitalah yang menujual murah ilmu dengan cara tidak mempelajarinya.
2. hal yang paling penting adalah bukan bagaimana kita mempertahankan akan kebenaran teori dan penelitian dihadapan orang yang kita tau salah. Tapi hal paling penting adalah bagaimana kita tersenyum untuk menghargai pendapat mereka. Sakit memang yang seakan kita direndahkan. Tapi gandenglah ia bersama waktu yang akan menjawab sebuah kebenaran.

MARI HARGAI ILMU YANG SUDAH KITA PELAJARI YANG SEBENARNYA DI BUTUHKAN OLEH BANYAK ORANG. MENGHARGAI PENDAPAT ORANG LAIN YANG MERASA BENAR JAUH LEBIH PENTING DARI PADA KITA EGO PADA SUDUT PANDANG PRIBADI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar mu sangat berarti :