Indah

Memulai cerita hari ini dengan sebuah kata terindah. "Perjuangan"

Kamis, 31 Januari 2013

Pekerja Parttime


 Nasib menjadi pekerja Part Time


Siapa yang mau menjadi seorang pekerja? Angkat tangan anda. Setiap orang mempunyai minat dan bakat tersendiri dalam dunia kerja... Ada orang yang merasa lebih cocok untuk menjadi PNS, Pegawai swasta, atau pengusaha. Setiap kecenderungan masing-masing hanya manusia itu sendirilah yang menyadari. Salah satunya adalah saya. Saya merasa bahwa saya tidak cocok utk menjadi seorang pekerja, hal itu tidak hanya saya ucapkan dengan sembarangan. Berdasarkan hasil test psikologis waktu SMA saya cocok utk menjadi seorang pebisnis. hal kedua adalah, ketika saya sudah mencoba berkali2 untuk bekerja di berbagai tempat pekerjaan apapun itu, saya merasa tidak menjadi diri saya sendiri. Kemampuan saya memanajemen bukan mengerjakan suatu hal. Sehingga menurut pemikiran saya itu benar dilakukan di tempat kerja, namun tidak sesuai SOP. tetap saja dipersalahkan, sampai berujung pada pemecatan.

Siapa pekerja yang mau dipecat? siapa yang mau bekerja sambil kuliah kalau memang pilihan hidup yang lebih layak itu ada? tidak ada. Namun ini kenyataan ketika kita memang harus mencoba melawan kata hati, menjadi seorang pekerja. buat saya, hal sukses dalam menghadapi pekerjaan adalah bukan bagaimana dia bisa menjadi besar dalam pekerjaannya, tapi ketika dia merasa nyaman dengan pilihan hidupnya. Banyak para pekerja dengan hasil kecil tapi bahagia dengan pendapatannya karena ia mempekerjakan yang sesuai dengan keinginannya. tapi saya terpaksa utk melawan kata hati sebagai seorang pebisnis.#ngelantur

Sampai saat inipun saya belum pernah membuktikan hasil test psikologis saya atau minat pribadi saya menjadi seorang pebisnis. Tapi kok kePD an yah ngaku klo saya lebih cocok jd pebisnis. Yang penting saya yakin dulu. Itu kuncinya. bukan berarti pebisnis itu lebih bagus dari seorang pekerja atau sebaliknya. Tergantung dia merasa cocok dimana, itu namanya kesuksesan. Yok jangan salah pilih ambil jalan hidup masa depan.

Kembali kepemecatan. kerja di sebuah tempat makan memang harus mengutamakan pelayanan yang baik yang dimiliki seorang waiter atau server. Tapi terkadang ada sebuah sistem manajemen yang salah yang di amini oleh seluruh manajemen perusahaan cafe. terlalu mendewakan pelanggan. Memang benar istilah pelanggan itu adalah raja. tapi bukan dewa kan? terkesan kenapa cafe itu seperti pengemis yang ingin minta uang ke orang2 kaya yah. #bingung. Begini ceritanya: suatu hari saya melakukan kesalahan dalam melayani tamu di tempat makan tempat saya bekerja. hanya kesalahan kecil, namun karena pelanggan saya termasuk dalam jenis pelanggan rewel dan merasa 'kaya' ---menurut dia--- jadi bisa merasa diatas para waiter dan dapat memperlakukan apa aja. Akhirnya dia memposting kesalahan saya lewat seluruh media pertemanan yang dimiliki cafe saya sampai manajer saya pun tau. Hal ini dianggap menjadi hal yang rumit dan kebetulan dia adalah sahabat manajer HRD saya. jadi dia langsung melaporkan kesalahan saya ke manajer saya. Tanpa ba-bi-bu saya langsung di skors beberapa minggu tanpa ada kepastian kapan mulai bekerja lagi. yang saya sesalkan adalah sebagai berikut:
1. kenapa pihak manajer langsung mengambil keputusan sebelah pihak tanpa mendengar kejadian sebenarnya dari seorang pekerja?
2. kenapa hanya 1 kesalahan kecil bahkan sangat kecil bisa jadi membahayakan seorang pekerja hanya karena pelanggan itu kerabat tim manajemen? padahal buanyak banget kesalahan yang lebih fatal yang sering senior saya lakukan, tapi karena mereka bernasib baik jadi aman.
3. kenapa manajer tidak terlihat bijak atau menengahi permasalahan dan terkesan menyalahkan langsung si pelayan, meskipun sebenernya kesalahan bukan pada saya. demi nama baik cafe dan atas nama pelayanan yang baik pada pelanggan saya di skors, padahal saya tidak salah apa-apa dan saya sesuai prosedur.
4. saya tau skors saya dari teman kerja saya bukan pak manajer langsung yang sms atau bilang. Menurut saya dia gak gentle man.
Akhirnya saya memutuskan utk mengundurkan diri secara terhormat dari pada saya menerima skors yang dijatuhkan. Kalau saya merasa bahwa saya benar, saya akan rela mati untuk memperjuangkannya, tapi ketika saya merasa saya salah, saya rela mati karenanya. itu prinsip saya. saya ambil kesimpulan, terkesan dipecat itu membuat harga diri saya terjaga dari pada menerima skors. saya merasa bangga sudah keluar dari tempat kerja dengan sistem manajemen kekaryawanan yang menurut saya beserta teman2 kerja lain sangat parah. istilahnya ---ngasih dikit, minta banyak---
Akhirnya supervisor waiter memperjuangkan saya utk tidak di skors dengan alasan karena saya merupakan waiter bekerja baik yang pernah dimiliki cafe itu. mungkin supervisor berfikir, kenapa 1 kesalahan kecil bisa menghancurkan kelebihan2 saya di pekerjaan. tapi saya bilang kepada supervisor "gak perlu diperjuangkan, karena saya lebih terhormat utk mundur. Masih banyak orang yang mau bekerja di cafe ternama itu, begitupun saya masih banyak perusahaan yang mau menerima saya bekerja karena kemampuan saya. Jadi saya gak takut buat mundur". Kalo kita ngerasa punya kemampuan, seharusnya perusahaan dong yang merasa menyesal mengeluarkan kita. Bukan kita yang menyesal telah dikeluarkan. seharusnya antara perusahaan dan pekerja punya simbiosis saling membutuhkan. Perusahaan membutuhkan pekerja utk mengembangkan perusahaan, dan pekerja membutuhkan perusahaan utk biaya hidup.

waktu berjalan begitu saja. saya akan menjadikan ini pelajaran kedepan dan tetap tegak menapak masa depan, karena cafe itu bukan pekerjaan utama saya, karena saya hanya part time disana. masih ada skripsi yang harus saya perhatikan dan pekerjaan yang lebih layak utk kedepannya. enaknya sih bisnis. Pelajarannya adalah:
1. saya jadi tau bagaimana suka duka seorang pekerja ketika saya menjadi seorang pebisnis nanti. sehingga saya dapat mengambil semua pelajaran dari semua tempat saya bekerja utk mengembangkan usaha saya kelak ketika saya menjadi pebisnis besar.
2. Kalopun saya tidak jadi pebisnis #bukannya gak PD, tp cadangan aja. minimal saya menjadi HRD di sebuah perusahaan, saya menjadi tau apa yang seharusnya HRD lakukan bahwa kesejahteraan karyawan itu tidak hanya dari segi materi, tapi immateril. perusahaan seharusnya tidak hanya memperhatikan konsumen tapi juga pekerja. jadi biar imbang.

#move on and go a head

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar mu sangat berarti :