Indah

Memulai cerita hari ini dengan sebuah kata terindah. "Perjuangan"

Kamis, 31 Januari 2013

Pekerjaan = Pengemis

'PENGEMIS' = Lowongan Pekerjaan yang Menjanjikan

Kembali hari ini sy memberanikan diri untuk mengungkap sebuah hal yang sebenarnya pasi untuk dibahas. Tapi kebiasaan dari keseharian pada setiap kejadian membuat saya miris yang berujung pada niat untuk menulis kebenaran dan realitas sosial yang tidak lagi menyelaraskan antara hati, pikiran dan mata. Pengemis. Identik dengan kesusahan, kemiskinan, kasta terendah dan hinaan. Mata seakan buta sebelah saat terlirik pada kenyataan bahwa masih ada orang yang tak peduli dengan pekerjaan yang satu ini. Komentar pertama yang terlontar sangat kejam keluar dari bibir manis setiap insan mulia yang memandangnya. Terutama saya. Dengan keadaan hidup yang keras, berkorban dan penuh berjuang untuk mendapatkan sesuap nasi, saya melakukan apapun yang bisa saya lakukan dalam hal ini bekerja untuk kelangsungan hidup saya. Tapi pramuria hanya menangis dan berharap iba pada hati yang terkikis oleh pandangan tak berdaya. Perjuangan keras saya dalam memperjuangkan hidup saya sendiri seakan dinilai murah oleh seorang pengemis.

Kemudiaan aku tertoleh aku pada ibu tua rentah yang tak bisa berbuat apa-apa. Pendapatku lalu goyah setelah melihatnya "Wajar saja ibu ini mengemis, karena diapun tak berdaya untuk berjuang seperti saya. Maka mengemispun seakan halal baginya". Terduduk kaku, dingin, dan merintih disebelah nenek tua yang duduk sayu di perempatan jakal MM UGM. Kerasnya hatikupun runtuh pada raut wajah tak berdosa nenek tua ini.

Tanpa memperpanjang episode perjalanan di hari itu aku mulai membabi buta nenek tua bernama poniyah itu dengan beribu pertanyaan yang meng iba. Dan hari itupun diakhiri dengan rasa penyesalan mendalam telah menistakan pekerjaan seorang pengemis. PENGEMIS TIDAK NISTA untuk orang yang tak bisa berbuat apa-apa. Mereka tak punya pilihan kecuali zaman yang membawanya pada kenyataan keindahan.

2 hari berlalu, aku segera menuju rumah ibu Poniyah yang beralamatkan di kalicode Kotabaru Yogyakarta.

Aku berkunjung meskipun hanya melihat deritanya. tanpa bisa berbuat apa-apa. Hari itu, adalah hari pembuktian yang membuat aku terbelalak akan sebuah kebodohan kenyataan dalam realitas kehidupan. Pembicaraankupun hari itu lebih sayu dan mendayu-dayu. Kenyataan:
1. Nenek poniyah mempunyai anak yang tidak sedikit dan semuanya meninggalkannya sendirian, sehingga dia memilih untuk mengemis.
2. Pekerjaan pengemis sudah menjadi pekerjaan legal buatnya. Pengemis memiliki sistem rekruitmen yang dipimpin oleh induk organisasi pengemis yang dipimpin oleh kepala preman setempat. Pengemis yang lolos seleksi (pantas jadi pengemis) akan mulai di training selama 3 bulan untuk mangkal di beberapa tempat kekuasaan para preman. Setiap pendapatan perhari akan diserahkan kepada supervisor (juga preman) yang kemudian akan dibuat sistem bagi hasil dengan pengemisnya. Dan akupun bertanya "kenapa mbah gak mengemis sekarang?". Dia menjawab: "Ini bukan jadwal jaga saya sekarang. Saya jaga senin, kamis, dan minggu shift 3 di MM UGM atau di masjid Syuhada". Ternyata pengemis sudah ter manajemen rapih oleh pemimpinnya. Mulai dari waktu dan tempat mengemis. Mbah poniyah bilang, kalo dia masih natural, ada lagi pengemis yang harus keluar uang untk sewa bayi utk mengemis atau beli perlengkapan utk buat tubuh seakan luka2. kalo mbah poniyah cuma keluar uang buat abodemen becak aja tiap mau mengemis pulang perginya. Bisa dibayangkan berapa pendapatannya? bisa 800rb perbulan.
3. Ketua RT dilingkungan sekitar dengan bangga menjawab bahwa pekerjaan tertinggi kepala keluarga di penduduknya adalah PENGEMIS, dan kedua Tukang Becak disusul Buruh ketika saya beri pertanyaan tantang demofgrafi pekerjaan. Saya membuat tulisan ini berdasarkan kisah nyata, dan tidak bermaksud untuk mendoktrin pihak siapapun untuk berasusmsi mengenai tema ini. Terima Kasih. Saya juga bingung mau ngasih penilaian dan bisa berbuat apa terhadap kenyataan seperti ini. Setidaknya ini bisa menjadi coretan tinta-tinta hitam buku kenangan saya ketika saya memimpin rakyat kelak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar mu sangat berarti :