Hei! Orang Tua!!!

Aku hanya ingin berkata jujur pada hidupku sendiri, berlari menanti apa itu tujuan hidup. aku memang seorang lelaki yang payah, rendah dan tak berguna. Aku memang sengaja dilahirkan menjadi manusia tanpa irisan jiwa. sehingga aku tertatih dalam setiap aku ingin melangkah. Keluargaku seperti mercusuar yang siap menyerang meski dianggap sebuah peninggalan. tapi aku benci pada mercusuar yang meledak sebelum peluru diledakkan. dan akhirnya meledak ditempat inang ia dibesarkan. sampah. lagi-lagi sampah.

Mereka seakan emas yang terendam comberan berabad-abad lamanya, berbau busuk. tapi juga mereka punya hak untuk dibahagiakan. karena aku adalah pecahan emas yang melayang kedaratan saat ingin dibuang. bisa dibilang itu keberuntungan. Tapi kenapa hanya aku saja? apa pertanda semua ini? emas tercerai berai dicomberan dan aku yang terlompat kedaratan dan bagaimana bisa kepingan-kepingan potongan lain tetap terjamah kehinaan. lagi dan lagi aku mengatakan mereka punya hak untuk di muliakan. dan naas nya hanya aku sendiri yang akan berjuang untuk mengangkat emas itu dari kotoran-kotoran sebuah kehinaan. yah! memang harus aku.

Memberontak? protes? marah? atau hanya mengeluh saja. aku berbuih didaratan seolah tak ada tempelan. Aku hilang melayang-layang seolah dunia tak menganggapku. tapi aku berjanji pada kalian semua keluargaku bahwa aku akan berlari meski tak punya kaki untuk menanjak pada bukit tertinggi dan mengatakan kepada dunia bahwa aku terdaftar sebagai mahluk hidup yang harus dan tentu dimuliakan. Dan aku akan mengatakan bahwa dari comberan kotor yang hina itu aku berasal dan aku akan mengangkat emas kotor, busuk, najis dari comberan dan mengubahnya menjadi tetap emas. karena yah memang emas terlalu kotor untuk diletakkan di kubang sebuah kotoran. Emas terlalu hina jika tak bercahaya hanya karena sebuah cairan kegelapan. Karena emas pantas untuk dimuliakan bahkan di "DEWA" kan...

"Hei! Orang tua, kalian adalah DEWA untuk makhluk bernyawa bernama MANUSIA!"