Indah

Memulai cerita hari ini dengan sebuah kata terindah. "Perjuangan"

Sabtu, 31 Maret 2012

#CURHAT UANG

Ada satu bakteri di otak yang rasanya menjamur bersama virus keseluruh tubuh. Bakteri yang seakan membuat hidup ini menjadi lumpuh. Tertaut pada satu bulan, yang membuat dunia seakan tak berguna. Panik, takut dan gelisah sudah menjadi alergi yang luar biasa. Bulan ini aku kenal dengan bulan kematian!

April. Untuk sebagian orang bulan april menjadi bulan yang penuh dengan candaan dengan istilah 'april mopnya' tp buat gw, sungguh bulan ini sangat tidak lucu. Tepat pada satu bulan ini semua masalah bertumpuk mengakar dan tumbuh daun yang bernama uang. Lagi-lagi uang. Uang sekarang sudah menjadi lembaran-lembaran kenistaan dunia yang bisa saja menghantam akhirat sehingga ditiadakan. Yah! gara2 uang dunia menjadi maha raja dan akhirat? menjadi wisata yang begitu mewah. Tidak pantas memang kalo lagi dan lagi menyalahkan Tuhan menjadi penyebabnya kalau toh aku pun masih merasa menjadi hamba yang mati tapi berjiwa? Ini ujian? atau hukuman? nistanya aku sebagai manusia jika beban berat menjadi sahabat. Jika kebahagiaan menjadi angan-angan yang melintas bersama awan. kupandangi dan kupandangi berkhayal dapat kurengkuh dan tak mungkin jawabku. Walaubagaimanapun aku tidak boleh menyalahkan Tuanku.

Sekolah di kampus terbaik dan termahal adalah resiko untuk manusia bernyali dewa. untuk pengemis yang rindu akan belaian raja. dan mangkuk pun melepuh tersengat matahari. Lalu dimana orang-orang akan meletakkan uang? Akankah Tuhan melemparkan uang dengan baiknya? Aku terduduk disemester akhir perjuanganku, dimana nikmat semakin dekat rasanya melaknat. Karena keadaan yang tak berwujud rupa. Aku nista. "BOP" Sumbangan kemiskinan untuk pengajar yang menghamba Tuhan atau Peneliti yang menuhankan ilmu? Ilmu bagai menjadi Tuhan untuk rakyat yang tak dapat melukis wajah2 tampan yang tergambar dalam uang. membelanjakan untuk sebuah hal yang bernama pendidikan. Aku tak punya pensil Tuhan. Lalu aku termenung... Bagaimana dengan perjuanganku untuk diriku? perjuanganku untuk ilmuku? perjuanganku untuk sumpahku dimasalalu? perjuanganku untuk ayah dan ibu yang rindu kemenanganku? Aku tertatih Tuhan. Menangispun hina rasanya untuk orang yang merasa pendekar dalam cercaan-cercaan kehinaan akan kehidupan. Aku kapalan terhadap dosa-dosa. Aku tak mau menyatakan menyerah pada sumpah lalu bumi tertawa akan kutukan yang menjadi nyata. membuat manusia seperti aku lumpuh! Darimana aku mendapatkan uang Tuhan? bagaimana aku menawab pada ujung tombak perjuanganku? apa aku harus mengakhirinya? atau aku harus tersenyum menatap padanya? atau aku masih kau nilai tak berusaha. Lancang beranak Tuhan.


Untuk terlelappun rasanya saat ini aku tak mampu. Pada bulan ini, ya bulan ini. Aku harus mengakhiri masa istirahatku pada kenyamananku. Aku tak sanggup lagi membayar tempat tinggalku. Lalu akan dimana aku pejamkan mata ini? Apakah memang tepat jika aku memejamkan mataku dan terlelap dipangkuanmu? Lagi-lagi aku dinilai tak berusaha.

Kampus yang katanya istimewa membuat program bak raja yang selalu merindukan titah-titahnya. Program-program dibuat bagai merajakan rakyat dan menistakan Tuannya. Aku tuanmu disini ilmuku. Dan kau tak pernah tau itu. Dengan bermodal martabat aku diangkat dilempar dan diombangambingkan pada kenyataan kalau aku dihina mentah2. Aku disuruh memerdekaan padahal aku dijajah oleh kenyataan yang semakin dimakan waktu semakin rindu untuk membunuhku. "KKN" Kuliah kerja nyata, seakan membuka mata insan-insan mulia untuk tersadarkan bahwa ilmu yang kita punya harus memerdekaan pada rakyat yang membutuhkan. Lalu aku ini siapamu? Cambuk terus dan terus di oleskan pada tubuh anak manusia yang tak berdosa. Kau paksa aku untuk itu. Dengan tubuh berlumuran darah aku harus mengobati para rakyat yang luka disilet saja? Dimana otakmu? Aku tertusuk paku pada langkah-langkahku. Dengan hati intan aku memasang badan terhadap hal yang mensejahterakan insan atas nama kerakyatan. Tapi aku juga butuh dimerdekakan. Kenapa kau munculkan satu syarat berupa uang kalo akupun ternyata harus mengabdi berbagi ilmu yang akupun membayarnya darimu? Aku tak sanggup memenuhi itu.

Tuhan. Aku tidak menyerah dan tidak juga kalah dalam medan pertempuran cuma karena aku tak memegang lembaran yg bernama uang. Aku hanya ingin Engkau memberikan aku jawaban. Bagaimana langkah langkah kaki kotorku harus menuju? Pantaskah aku mengalami mimpi kalau tidurpun aku masih antri dulu? Tuhan. berikan aku jawaban. Dengan merangkak menyembah aku tunggu wasiatmu. Wasiat tentang aku dan jalan hidupku. Untuk satu langkah saja, dibulan ini. Bernama UANG.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar mu sangat berarti :