Indah

Memulai cerita hari ini dengan sebuah kata terindah. "Perjuangan"

Senin, 23 April 2012

Harapan CINTA


Dengan senyum aku mulai berani melangkahkan kaki. Bermimpi bahwa dy punya niat untuk datang lagi. Dengan sabar aku menanti, bergumam pada gelas menceritakan kejadian sebuah kesalahpahaman. Air bergemerecak menemani kesabaran. Akankah harapan berani unjuk gigi? Ku bicara lagi pada gelas akan arti sebuah mimpi. Dan senyumpun sedikit demi sedikit mulai merata. Kebahagiaan mulai sayup dan penyesalan semakin meraja lela. Apa aku dipermainkan pada sebuah harapan? Baru saja aku ingin bercinta rumput sudah bergoyang-goyang tanda tak suka. Atau memang dy tak akan datang. Dan senyumku akhirnya benar-benar melepuh. Miskin penantian. Ku buka sebuah pesan, berniat mencari kepastian. Dan nasib lagi-lagi menjadi banci kali ini. Aku kalah pada harapanku. Kemarin aku gagal, itu juga karena nasib yang berulah. Sekarang aku gagal, masih pantaskah nasib yang salah? Rumput terdiam, air di gelas tenang. Kalau sudah begini, siapa yg dipersalahkan? Alasan apalagi yg ada esok hari untuk menjelaskan semua ini? Kusenderkan bahu pada dinding yang mulai letih, kuhembuskan nafas berkali-kali karena aku kecewa lagi. Hari ini aku lebih tegar, selagi masih bisa menyalahkan nasib esok hari. Kucoba berbincang pada angan, kau juga tak datang. Kutelan habis air di gelas, kau tak datang. Ku potong rumput hingga akar, kau juga tak datang. Kau tetap tidak datang. Hari ini aku lebih tegar. Kau juga tak datang.

Tapi akankah membuat aku lupa pada lukisan wajah yang tersangkut dikepala. Panas bara matahari aku rasa tak akan mampu menghapuskan bayanganmu dalam pikiranku. Tiba-tiba muncul sebuah harapan, mencoba berjalan kedepan menabrak perbukitan yang sejak tadi kupandang. Karena mentari terletak dibaliknya. Ku harap kudekat semakin membara panas yang aku rasa. Agar pikiran ini melepuh. Sia-sia. Kubalikkan badan dan kuterjang semua hayalan. Kudobrak pintu demi pintu rumahku demi sebuah kenyataan bahwa dibalik pintu kesepuluh akan ada masa depan yang lebih indah dari pada memikirkannya. Aku masih terduduk dipintu pertama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar mu sangat berarti :