Saat ini aku kembali berdiri menapaki hari demi hari. Seakan pucat dan bias
oleh sinar mentari yang ternyata kembali bersinar lagi. Aku baru sadar ternyata
pagi telah kembali lagi dan aku hanya berdiri tegak menapaki mimpi. Maafkan aku
atas hidup yang selama ini aku terpaki karena aku rasa itu kemampuanku dan
ternyata aku hanya bisa diam tak berbuat apa-apa dalam hidupku ini. Saat aku
mencoba kembali melihat manusia yang tersenyum dengan keadaanya yang bahagia,
dan aku Cuma bisa diam bediri manis sambil memberikan senyum terindahku. Tapi
lagi-lagi aku hanya diam. Salahkah aku jika aku selalu memuji dan terpaku
melihat keindahan manusia sementara aku tertawa dalam keterpurukanku yang tak
berdaya tak bisa apa-apa. Aku kembali lagi tersenyum melihat sebuah keanekaragaman
mimpi indah pada semua manusia. Mencoba menebak bahwa akhir pada hidup mereka
semua adalah garis yang telah mereka ukir saat ini dan aku kembali merenungi
bahwa aku tak berbuat apa-apa. Bagaimana cara untuk membuat hidup ini berharga
dan mempunyai nilai jika aku terus saja menilai akan kebaikan tiap orang dan
aku selalu merasa hina. Menanti mati disini seakan lelah menatap masa depan
karena aku berfikir diriku sampah yang sengaja ditimbulkan karena memang aku
harus ada bukan karena aku memiliki arti yang hingga kini aku tak mengerti.
Hmmm, terlalu termangu hingga aku terlelap melihat indahnya semua manusia dan
aku hanya bisa terpuruk disini. Aku ini siapa? Berlagak heboh dan gaduh pada
semua keramaian tapi sebenarnya aku bisu dalam sebuah kesendirian. Aku sepi,
aku sendiri dan aku sudah terpuruk pada dunia ini. Aku disini hanya terdiam
lalu menyalahi masalalu sehingga aku murka pada tiap manusia di masalalu yang
menjadikan aku sampah saat ini. Aku kembali memaki diriku sendiri. Mereka semua
bisa membuat menara indah pada sebuah mimpi sedangkan aku menjadi bias akan
sebuah prestasi lalu apa yang bisa aku banggakan pada hidupku saat ini? Aku
merasa sunyi dan sendiri seakan tak pernah ada orang yang mengerti. Karena aku
lagi-lagi sendiri. Mereka berlari tapi aku hanya bisa merangkak, mereka tertawa
namun aku hanya bisa tersenyum, mereka memukul aku hanya bisa menyentuh, lalu
apa yang bisa menjelaskan bahwa hidupku adalah manusia? Aku merenungi seakan
memang benar bahwa aku disini terlambat untuk bermimpi. Aku takut pada diriku
sendiri, aku takut pada mimpi-mimpi ini. Aku takut pada semua orang yang semua
sudah berlari dan aku masih memegang tongkat untuk berjalan. Karena kebenaran
yang hakiki untuk hidupku sudah tak ada lagi.
Tuhan. Aku merasa engkau telah berlari dan membiarkan aku disini? Dan
apakah kau telah jemu melihat sampah ini tak berani dalam kehidupan ini? Atau
kau telah muak memberikan kesempatan pada hambamu yang rindu akan mimpi ini?
Tuhan. Aku merasa sulit untuk berlari padamu dan mengapa semua ini terjadi
Tuhan. Aku hanya ingin kau tetap disisiku menjadi teman terbaikku tapi iblis
dalam diri ini selalu menjadi akrab saat Kau mulai mendekat dan menjadi musuh
saat Kau pergi jauh. Aku bingung pada hidupku sendiri Tuhan. Setidaknya aku
mendapatkan sebuah pelajaran bahwa aku harus berani melawan semua hidup ini,
aku harus menerjang akan mimpi yang sudah lalu lalang bahkan menghilang. Kakiku
sudah patah Tuhan untuk mengejarmu. Hatiku sudah beku saat aku ingin menangis
menyembahmu. Bahkan otakku sudah gila bahwa Kau sudah tak ada. Aku sepi Tuhan.
Aku sendiri Tuhan, manusia pergi karena aku keji. Mereka segan karena aku
bertemankan setan. Tuhan. Hanya ini yang dapat aku lakukan. Dekaplah aku saat
aku tak memiliki siapapun. Biarkan semua orang pergi meninggalkanku tapi
kumohon Tuhan. Jangan Engkau berlari dariku karena aku merasa sempurna didekatmu
meskipun manusia menganggap aku tak bisa apa-apa. Tuhan salahkah jika aku
mengeluh pada rinduku pada masalalu. Lalu kenapa kau membiarkan aku dewasa tapi
Kau tak memberikanku apa-apa. Seakan aku tak punya bekal dihidupku saat ini.
Aku kosong dan merasa tertinggal bahkan merasa hina pada setiap manusia yang
ada. Mereka semua sempurna dan Engkau berikan mereka kapur tulis untuk mereka
membuat garis hidup mereka masing-masing sementara mengapa Kau tak memberikan
apapun padaku? Dimana letak unsur-unsur manusia pada hidupku yang kini telah
dewasa. Tuhan. Kembalikan hidupku kemasalalu karena aku takut dan ngeri jika
harus bertempur pada mimpi dengan manusia yang semuanya memiliki amunisi. Dan
aku dipaksa untuk jadi seorang pendekar yang bertangan kosong. Aku pasi Tuhan.
Semua manusia disekelilingku hanya memberikan kebohongan padaku seolah mereka
adalah belahan jiwaku. Tapi aku masih merasa kosong dan tak punya siapa-siapa.
Berikan aku petunjuk Tuhan agar aku menemukan diriku di manusia lain agar aku
punya teman dalam melangkah dan dapat membopong hidupku karena aku patah. Aku
patah. Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar mu sangat berarti :