Pagi ini aku kembali bangkit
merasa kesakitan dan ingin aku berteriak melihat bunga tidak lagi ada ditangan.
Sering aku murka pada Tuhan atas apa yang aku harapkan. Kejanggalan dan
kebodohan yang selama ini aku rasakan. Rasa. Kenapa aku memiliki rasa yang
bebeda. Mencintai dan dicintai tidak pada semestinya. Ingin dimengerti tapi
diriku ini objek atau lebih tepatnya pesuruh untuk mengerti semua benda. Memang
sangat lucu ketika semua benda kita bilang sebuah percobaan.
Tapi kenapa kali
ini nasib yang menjadi taruhannya. Nasib dipermainkan dan nasib
diperjualbelikan dalam kehidupan. Berontak. Seringkali aku berontak di pagi
hari. Namun mengapa ketika si kumbang hilang tanpa ada di asuhan kini aku
merintih. Apa aku bisa dibilang pecinta? Pecinta yang tak merindu surga. Karena
surga menginginkan kebenaran, tapi kali ini hidupku salah. Hidupku salah dalam
menghidupi. Hidupku salah dalam mengarti semua ini. Kecerobohan. Mungkin kata
yang tepat dalam mengungkap semua ini. Kecerobohan di pagi hari yang telah aku
jalani semenjak ada kumbang berdua disampingku. Disamping tidurku. Ingin aku
menghirup nafas yang keluar dari nafas sang kumbang. Ingin aku memeluk,
merasakan bahkan menikmatinya. Tapi aku yakin semua ini kesalahan, aku saat ini
sedang tidak jalan pada rel yang dulu pernah aku injak. Dan ini kembali lagi
sebuah kecerobohan. Kecerobohan memaknai cinta.
Lalu dimana posisi
Tuhan berada? Apakah Tuhan hanya hadir sebagai pengamat lalu murka saat kematian
datang menjemput kumbang? Atau Tuhan saat ini memberikan sebuah azab atas nama
kenikmatan. Sungguh, sungguh aku buta dalam mengartikan semua ini. Buram dalam
kenikmatan dan mengetahui dimana posisi Tuhan… Dasar bodoh. Tuhan itu selalu
dihati tapi tak menyatu dalam raga ini. Sehingga diri kita selau dibuat
terombang ambing dan dipaksa untuk tau keberadaan-Nya. Namun mengapa harapanku
hilang pada hidup ini. Ketika melihat sesosok kumbang menjelma seakan Tuhan.
Sungguh sangat sempit sekali aku memaknai arti kumbang di hatiku. Mungkin si
Bunga ini hanya diciptakan untuk merintih dan dibiarkan untuk berharap pada
sebuah cinta yang tak mungkin. Cinta bukan karena Tuhan ketika aku melihat
kumbang dihadapanku. Oh Tuhan….. dia mendekatiku. Hati ini mati atau bodoh.
Aroma tubuhnya seakan menjelma menjadi setan bukan Tuhan. Aku masih mencari
apakah kumbang itu Tuhan atau setan untukku. Karena aku yakin T U H A N dihatiku
bukan padanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar mu sangat berarti :