---Anda Telah Memasuki Sebuah Realitas Hidup Saksi Langkah Perjalanan Seorang Pejuang Kehidupan---
Indah
Memulai cerita hari ini dengan sebuah kata terindah. "Perjuangan"
Senin, 23 April 2012
Perpisahan
Untuk apa ada kebahagian kalau toh tangis juga
tetap ada. Untuk apa ada kesempatan kalau ujung-ujungnya digagalkan? Untuk apa ada
waktu kalau akhirnya menyakitkan, Untuk apa dipertemukan kalau akhirnyapun
harus dipisahkan? Detik detik waktu mendekat semakin melaknat. Membuat aku takut
bangun di pagi hari ini untuk membuka mata melihat cahaya matahari.
Kaktus-kaktus kecilpun mulai merontokkan durinya dan waktupun hilang begitu
saja. Rumput-rumput basah mengering, waktu telah lama berbaring. Telah banyak
tinta-tinta pena yang buyar tertulis di lembar yang kusam demi sebuah kenangan.
Sampai suatu titik dimana aku merasa ini sudah menjadi kerajaanku. Selir-selir
dan dewa-dewa bersabda dan baginda raja mengangguk menuai petuah. Aku pangeran
yang terlanjur nyaman dengan keadaan. Titik demi titik ku tuai ditempat ini
hingga terangkailah sebuah gambar indah. Vegasus bersayap jingga, terbang diangkasa,
berputar-putar membentuk sebuah lingkaran tanda mempersatukan sebuah ikatan. Tempat
ini terlanjur menjadi dalang sebuah pertemuan, lalu begitu saja diputuskan. Tempat
ini juga ternyata menjadi biang perpisahannya. Disini aku tidak mengenal
kesepian, disini aku tidak mengenal kehampaan karena disini aku mengenal kalian.
Tuhan memperkenalkan aku pada kurcaci-kurcaci lucu, menggandengku setiap pagi
mengayunkan tangan yang sudah dipersatukan, menghapus air mata yang sudah
berkarat kusam dimata, mengeratkan untaian demi untaian sebuah kenangan. Ku
dekap dan kupeluk mereka, hingga hujanpun turun membuat semakin bergairah.
Pangeran telah menemukan titahnya. Titahku tentang masalah waktu. “kalau memang
benar waktu tak bisa dihentikan, berikan aku kesempatan berdiri pada suatu
detik waktu, mengatakan pada kenangan bahwa aku akan merindukan kalian” jari
jariku mengkerut mengkerdilkan kenyataan kalau ternyata kita harus dipisahkan.
Semoga saja kaki ini tak lumpuh untuk menapak menempuh waktu, menjauh. Semoga
saja mata ini tak sayu saat aku mulai berjalan maju, menjauh. Semoga saja hati
tak runtuh saat aku berpaling darimu, menjauh. Selamat jalan kawan, izinkan aku
membalikkan badan dan kembali menatap masa depan. Kemudian tangan-tangan kecil
mungil menepuk pudakku menopang daguku, senjata untuk membunuh iblis-iblis yang
tega menjalankan waktu. Sampai akhirnya datang hari paling kejam, hari ini.
Akan aku jadikan ini rangkaian petuah kepada rakyat dinegeri antah berantah.
Tentang kalian, tentang bersama kalian, tentang suatu kebahagiaan. Ku ceritakan
bagaimana kita bisa tertawa bersama, ku buat mereka iri karena kita sering
bercanda. Ternyata langit melepuh, mendung mengayuh membuat hujan semakin rusuh,
keadaanpun mulai lumpuh. Kawan. Bejanjilah bahwa kita akan bersama-sama kembali
menengok kebelakang tentang sebuah kenangan, di suatu hari nanti disaat kita
berdiri melihat mentari yang sama seperti hari ini. Demikianlah sabda dan
petuah raja yang sebenarnya. Tentang hari ini, tentang kebersamaan, tentang
kita bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar mu sangat berarti :