Kupersiapkan diri menanti mentari pagi.
Memberikan harapan yang sebenarnya sudah lama hilang. Ku buka pintu dan duduk
penuh impian. Genteng-genteng rumah bergoyangan, angin kencang datang tak
pernah senang. Pintu menabrakku luput sudah masa depan. Aku masih
terbayang-bayang wajah yang kian menggerayang malam. Aku terbangun di pagi ini
bukan tanpa alasan. Hati kembali bergumam. “sosok mana yang membuat kau lupa
akan tenangnya malam? Jantung ikut berontak semakin berdetak tak punya otak.
Darah mengalir deras melindas-lindas organ dalam tanda tidak tenang. Waktu mana
lagi yang akan aku hancurkan untuk menindas-nindas kenangan yang tak berangan.
Prosa cinta hanya bermain-main saja. Pandangan masih gelap tapi bayangan masih
benderang. Apa mungkin wajahmu sulit untuk dilupakan. Selalu mengganggu dan
semakin lama akan merusak pikiran. Kuhadapkan tembok persis didepan wajah,
kubenturkan kepala namun wajahmu tak juga reda. Perlukah ku jatuhkan lonceng
diatas kepala lalu kepalaku pecah? Otak berceceran dan di syaraf yang mana
wajahmu tersimpan. Kupandangi pelan-pelan garis lurus mata, membentur kaca
rumah sebelah. Aku melihat kembali wajahku. Kau melihatku dari balik kaca
jendela, apakah itu rumahmu? Ilusi. Kusenderkan pikiran pada sebuah tiang,
kupeluk dan kudekap ia mesra. Kucumbu
sampai melenguh. Uh. Cinta menuntut kenyataan. Ada sinar tiba-tiba datang dari
sudut mata memandang, mentari muncul memberikan harapan. Tapi akankah membuat
aku lupa pada lukisan wajah yang tersangkut dikepala. Panas bara matahari aku
rasa tak akan mampu menghapuskan bayanganmu dalam pikiranku. Tiba-tiba muncul
sebuah harapan, mencoba berjalan kedepan menabrak perbukitan yang sejak tadi
kupandang. Karena mentari terletak dibaliknya. Ku harap kudekat semakin membara
panas yang aku rasa. Agar pikiran ini melepuh. Sia-sia. Kubalikkan badan dan
kuterjang semua hayalan. Kudobrak pintu demi pintu rumahku demi sebuah
kenyataan bahwa dibalik pintu kesepuluh akan ada masa depan yang lebih indah dari
pada memikirkannya. Aku masih terduduk dipintu pertama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar mu sangat berarti :